Banyak Korban Keracunan, KSP Tegaskan MBG Perlu Dievaluasi Secara Menyeluruh

Sabtu, 20 September 2025 – 16:15 WIB

Jakarta, VIVA – Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Muhammad Qodari bilang perlu ada evaluasi menyeluruh buat Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ini karena banyak banget kasus keracunan siswa.

Baca Juga :
Menkeu Purbaya Bakal Tarik Anggaran MBG Jika Tak Terserap Optimal

Dia nilai program ini perlu dibenerin, baik dari cara kerjanya atau lembaganya, supaya tujuannya tercapai tanpa bikin risiko kesehatan.

“Memang harus ada perbaikan mekanisme, perbaikan kelembagaan, dan perbaikan dari berbagai macam sisi. Ini sedang berlangsung prosesnya, doakan. Ini sudah wake up call, bagaimana bahwa ini harus bisa diperbaiki dengan secepat-cepatnya,” kata Qodari di Jakarta, Sabtu, 20 September 2025.

Baca Juga :
Begini Penjelasan BGN soal 5.000 Dapur yang Diduga Fiktif

“Yang kita khawatirkan adalah accident di daerah-daerah terpencil yang fokusnya belum sebaik seperti di daerah perkotaan,” tambahnya. Qodari terangkan bahwa MBG harusnya dirancang sebagai program dengan standar “zero accident”.

Baca Juga :
Istana Minta Maaf Masih Banyak Kasus Keracunan MBG

“Hemat saya (MBG) perlu perbaikan secara menyeluruh, baik dari segi pendirian SPPG-nya maupun juga dari segi delivery-nya di lapangan,” ujarnya. Tapi, sejak awal, malah udah muncul beberapa kasus keracunan, termasuk yang terbaru Kamis (18/9) di Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang kena 569 siswa.

“Justru karena ada kejadian kemarin dan melihat tren dan perkembangannya, ada perspektif yang dari kami sebagai KSP itu harus disampaikan dan dipahami, bahwa ini program yang konsepnya itu zero tolerance terhadap accident, alias zero accident,” ujarnya.

UMKM binaan BRI jadi pemasok program MBG

Menurut dia, Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai penyelenggara enggak boleh menoleransi insiden ini. Qodari juga soroti risiko yang lebih besar di daerah terpencil, yang akses dan fasilitas kesehatannya terbatas.

MEMBACA  Gubernur DKI Tegaskan Pembangunan Harus Terus Berjalan

“Kalau di perkotaan mungkin cepat sembuh, dan cepat tertangani karena fasilitas kesehatannya (bagus). Tapi kalau di daerah terpencil, itu bisa jadi bencana besar,” tambahnya.

Lebih lanjut, dia tegaskan bahwa MBG enggak boleh dijalankan dengan toleransi kesalahan sekecil apapun.

“Kan MBG tingkat accident-nya cuma 5 persen, cuman 1 persen, enggak bisa. Ini ada program dengan zero tolerance terhadap accident. Jadi MBG itu harus perfect, harus sempurna. Setiap hari, sepanjang tahun, selama program ini (berjalan), itu yang harus dituju oleh para pihak yang terlibat dengan MBG,” katanya.

Sementara sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi udah minta maaf atas beberapa kasus keracunan MBG.

Dia pastikan pemerintah udah lakukan langkah untuk pulihkan korban sekaligus evaluasi program.

“Atas nama pemerintah dan mewakili Badan Gizi Nasional (BGN), kami memohon maaf karena terjadi beberapa kali kasus di sejumlah daerah. Itu bukan sesuatu yang diharapkan, apalagi disengaja,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (19/9).

MBG di Sekolah Dasar Katolik (SDK) Ruteng IV disajikan tanpa daging

Prasetyo jelaskan pemerintah bersama BGN dan pemda udah kasih penanganan cepat ke siswa yang kena. Selain itu, evaluasi menyeluruh sedang dilakukan supaya kejadian sama enggak terulang.

“Ini tentu menjadi catatan dan bahan evaluasi. Upaya mitigasi dan perbaikan juga sedang dilakukan agar masalah ini tidak terulang lagi,” ujarnya.

Sebagai langkah perbaikan, BGN berkomitmen nargetkan “zero incident” dengan perketat standar dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang jadi penyedia menu MBG di berbagai daerah. (Ant)

Halaman Selanjutnya

“Justru karena ada kejadian kemarin dan melihat tren dan perkembangannya, ada perspektif yang dari kami sebagai KSP itu harus disampaikan dan dipahami, bahwa ini program yang konsepnya itu zero tolerance terhadap accident, alias zero accident,” ujarnya.

MEMBACA  Fajar/Fikri Tersingkir, Indonesia Terhenti di China Masters 2025