Jakarta (ANTARA) – Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Daerah menyatakan bahwa penggunaan bambu sebagai tema utama Forum Keberlanjutan Internasional Indonesia (ISF) 2025 merupakan simbol kuat dari keberlanjutan.
“Kami memilih bambu karena ini tanaman yang cepat tumbuh dengan jejak karbon rendah dan memiliki banyak fungsi,” kata Wakil Menteri untuk Infrastruktur Dasar Rachmat Kaimuddin dalam pernyataan pada Minggu.
Dia menjelaskan bahwa kualitas bambu mencerminkan filosofi inti ISF 2025 tentang pertumbuhan, ketahanan, dan keberlanjutan. Melalui simbolisme ini, ISF mendorong semua pemangku kepentingan untuk tidak hanya berdiskusi tetapi juga mengambil aksi kolektif untuk mewujudkan perubahan nyata bagi planet dan generasi mendatang.
Berita terkait: Indonesia champions food, energy security for sustainability: AHY
“Kami harap Indonesia dan dunia dapat tumbuh dengan cepat, tangguh, dan berkelanjutan,” ujar Kaimuddin.
Sebagai material alami yang tumbuh subur di seluruh Indonesia, bambu tumbuh cepat tanpa merusak tanah, mewujudkan prinsip keberlanjutan. Kekuatan dan fleksibilitasnya juga melambangkan ketahanan — kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi di bawah tekanan.
Tema bambu ini, katanya, bukan sekadar estetika tetapi mewakili nilai-nilai forum tentang keberlanjutan dan ketahanan.
Dengan tema “Investing in a Resilient, Sustainable, and Prosperous World,” ISF 2025 menekankan komitmen Indonesia terhadap pembangunan yang berkelanjutan, inovatif, dan kolaboratif.
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menjadi tuan rumah ISF 2025 pada 10–11 Oktober di Jakarta International Convention Center.
Menurut Kadin, forum ini bertujuan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat investasi berkelanjutan di Asia dan global dengan menghubungkan investor dengan proyek hijau dan biru, serta mempromosikan kolaborasi multi-pemangku kepentingan dalam ekonomi rendah karbon.
Berita terkait: Developing bamboo road map for sustainable industry in future
*Penerjemah: Putu, Kenzu
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025*