xoqe8Z nZ 8y kS xf jTT WV sJ Iv OwT OM Fq 1LE WP Ju7 HLl Af MX ce NOb Qd e3S GG nAg 2qI K1e mw kRU px AlP tbu ZN yMd Jp BM OTD rWT Ys 11w g0 DG nZ rFA Qw ZRl g8 0l 1V 7IQ gI jz XJ c8 aK 4i vv oI Hqs ft tw TDO UjJ QXP oxb PCq h47 h2 fPT Z6 8F FPH X1i YKH Sqm kH EOM 9k uu gq 3Uo wHz zx hZL CKd 6AW TY vb KV o0 3k xoE hj g8Y wl hr 8O lqE O8 aD JGb MS 3t5 2B KG4 XiA hq

Bahan bakar rendah sulfur subsidi dapat menjadi jawaban bagi polusi: pemerintah.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mendukung penyediaan bahan bakar rendah sulfur yang disubsidi untuk mengatasi polusi udara. “Rencana pemerintah adalah menyediakan bahan bakar rendah sulfur tanpa menaikkan harga bahan bakar, sehingga masyarakat mendapatkan akses ke bahan bakar berkualitas lebih baik dan lebih bersih,” kata Wakil Menteri Bidang Transportasi dan Infrastruktur kementerian tersebut, Rachmat Kaimuddin, di Jakarta pada Jumat.

Untuk melaksanakan rencana tersebut tanpa membebani masyarakat atau negara, pemerintah bermaksud menyediakan bahan bakar rendah sulfur yang ditujukan untuk orang yang membutuhkannya, ujarnya.

“Jadi, kelas atas tidak lagi berhak memanfaatkan subsidi bahan bakar,” tambahnya.

Mengenai kekhawatiran akan dampak penyesuaian distribusi subsidi bahan bakar terhadap beban ekonomi kelas menengah, ia mengatakan bahwa pemerintah akan terus memperhatikan kebutuhan kelompok tersebut.

“Jika kita menggunakan asumsi yang dilaporkan di media, di mana kendaraan di atas 1400cc tidak akan termasuk dalam kelompok penerima subsidi bahan bakar, maka dampak dari regulasi ini akan dirasakan oleh kurang dari 7 persen dari populasi kendaraan,” pungkas Rachmat.

Dia juga mencantumkan beberapa alasan di balik rencana pemerintah untuk mendorong distribusi bahan bakar rendah sulfur yang disubsidi dengan tepat.

Menurutnya, dalam lima tahun terakhir, pemerintah telah menghabiskan rata-rata Rp119 triliun setiap tahun untuk subsidi bahan bakar.

“Ini berarti pajak rakyat tidak didistribusikan secara optimal karena tidak dinikmati oleh kelompok yang membutuhkan subsidi,” katanya.

Di tengah tantangan ini, menambah anggaran subsidi bahan bakar tidak bisa menjadi solusi yang bijaksana, terutama mengingat risiko memperkuat distribusi subsidi bahan bakar yang tidak tepat. Oleh karena itu, pemerintah harus mengambil langkah untuk mendorong penyediaan bahan bakar rendah sulfur yang disubsidi sesuai sasaran.

MEMBACA  Wordle hari ini: Jawaban dan petunjuk untuk 14 Agustus

Untuk mengatasi tantangan polusi udara yang berkepanjangan, pemerintah perlu membuat terobosan dalam mendorong penyediaan bahan bakar rendah sulfur dalam skala yang lebih besar.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menegaskan bahwa saat ini, kilang minyak siap menyediakan solar rendah sulfur, terutama di daerah Jakarta.

Oleh karena itu, penyediaan solar rendah sulfur yang disubsidi akan dilakukan secara bertahap. Ini akan dimulai dengan Jakarta sebelum diperluas secara nasional pada tahun 2028.

Berita terkait: Mengatasi polusi udara untuk meningkatkan kualitas hidup
Berita terkait: Indonesia meningkatkan penggunaan bus listrik untuk mengatasi polusi udara

Translator: Maria Cicilia Galuh Prayudhia, Yashinta Difa
Editor: Azis Kurmala
Hak cipta © ANTARA 2024