Bagaimana Sebaiknya Sikap Terhadap Yahudi dan Nasrani? Panduan Al-Qur’anIni

loading…

Janganlah kamu berdebat dengan Ahl Al-Kitab, melainkan dengan cara yang sebaik-baiknya, kecuali terhadap orang-orang yang zalim di antara mereka (QS Al-Ankabut [29]: 46). Ilustrasi SINDOnews

Prof Dr Quraish Shihab mengatakan bahwa Ahl Al-Kitab tidak semua sama. Karena itu sikap yang diajarkan Al-Qur’an terhadap mereka pun berbeda, sesuai dengan sikap mereka.

Dalam bukunya berjudul “Wawasan al-Quran, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat”, Quraish Sihab menjelaskan, dalam sekian banyak ayat yang menggunakan istilah Ahl Al-Kitab, terasa adanya uluran tangan dan sikap bersahabat, walaupun di sana-sini Al-Qur’an mengakui adanya perbedaan dalam keyakinan.

Perhatikan firman Allah berikut ini: “Janganlah kamu berdebat dengan Ahl Al-Kitab, melainkan dengan cara yang sebaik-baiknya, kecuali terhadap orang-orang yang zalim di antara mereka” ( QS Al-‘Ankabut [29] : 46).

Dalam beberapa kitab tafsir – seperti juga pada catatan kaki Al-Qur’an dan Terjemahnya Departemen Agama – dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “orang-orang zalim ” dalam ayat di atas adalah mereka yang setelah diberi penjelasan dengan baik, masih tetap membantah, membangkang, dan menyatakan permusuhan.

Sebenarnya yang diharapkan oleh kaum Muslim dari semua pihak termasuk Ahl Al-Kitab adalah kalimat sawa’ (kata sepakat), dan kalau ini tidak ditemukan, maka cukuplah mengakui kaum Muslim sebagai umat beragama Islam, jangan diganggu dan dihalangi dalam melaksanakan ibadahnya. Dalam konteks ini Al-Qur’an memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW :

“Hai Ahl Al-Kitab, marilah kepada satu kata sepakat antara kita yang tidak ada perselisihan di antara kami dan kamu, yakni bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah, dan kita tidak mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka), ‘Saksikanlah (akuilah) bahwa kami adalah orang-orang Muslim (yang menyerahkan diri kepada Allah)” ( QS Ali ‘Imran [3] : 64).

MEMBACA  Tak dapat mundur, Israel dan Hezbollah semakin mendekati perang total

“Sebagian mereka,” Quraish Shihab mengingatkan, karena Al-Qur’an juga menggarisbawahi bahwa:

“Dan sesungguhnya di antara Ahl Al-Kitab ada orang yang beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu, dan apa yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya” ( QS Ali ‘Imran [3] : 199).

Memang, kata Quraish, tidak sedikit dari Ahl Al-Kitab yang kemudian dengan tulus memeluk agama Islam. Salah seorang yang paling populer di antara mereka adalah Abdullah bin Salam. Al-Qurthubi dalam tafsirnya meriwayatkan bahwa ketika turun firman Allah:

“Orang-orang yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad SAW) sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka” ( QS Al-Baqarah [2] : 146).

Umar bin Khattab ra bertanya kepada Abdullah bin Salam , “Apakah engkau mengenal Muhammad sebagaimana engkau mengenal anakmu?” Abdullah menjawab, “Ya, bahkan lebih. (Malaikat ) yang terpercaya turun dari langit kepada manusia yang terpercaya di bumi, menjelaskan sifat (cirinya), maka kukenal dia; (sedang anakku) aku tidak tahu apa yang telah dilakukan ibunya.”

(mhy)