Pada awalnya, Kim Kautsar tidak yakin kemampuan aktingnya akan sebanding dengan para senior saat pertunjukan lenong tradisional berjudul Simpanan Juragan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Meskipun demikian, anak berusia 12 tahun itu berhasil tampil percaya diri dan menarik perhatian penonton beberapa waktu lalu, mendapat pujian dari beberapa ikon komedi, termasuk Harry De Fretes dan Indro dari grup komedi legendaris Warkop.
Siswa kelas 7 dari SMP Negeri 99 Jakarta Timur bertekad untuk mengejar karier di bidang akting. Sementara teman-teman sebayanya biasanya menyukai K-pop atau J-pop, dia lebih memilih lenong.
Kautsar tidak sendirian; dia dan teman-temannya di Ananda Arts Center bertekad untuk melestarikan budaya Betawi melalui seni lenong.
Kautsar adalah salah satu wajah baru dalam kelompok pemuda yang ingin melestarikan seni tradisional di tengah gelombang budaya pop global.
Munculnya lenong modern merupakan fenomena menarik dalam seni pertunjukan Indonesia. Ini bisa dilihat sebagai bukti bahwa seni tradisional tidak harus kaku dan ketinggalan zaman. Dengan sentuhan inovasi, lenong, yang dikenal dengan cerita-cerita lucunya, dapat tetap relevan bagi generasi muda.
Pemuda seperti Kautsar, misalnya, telah menunjukkan bahwa regenerasi dalam seni tradisional sangat mungkin terjadi selama ada kesempatan bagi para pemuda untuk berkembang.
Sementara para pendatang baru biasanya mendapatkan peran kecil, Kautsar berhasil mendapatkan peran utama, di bawah bimbingan Aditya Gumay, sutradara film dan pemilik Ananda Arts Center.
Ini bukan keputusan yang diambil dengan sembarangan. Bakat dan semangatnya dianggap sudah cukup berkembang untuk membawa lenong modern ke level baru.
Pertunjukan Simpanan Juragan di Taman Ismail Marzuki pada November 2024 menjadi panggung pertama di mana bakat-bakat muda mendapat kesempatan memainkan peran utama. Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk membuktikan kemampuan mereka.
Aktor senior Fretes menekankan bahwa bakat-bakat muda harus dihargai.
Sementara itu, pelawak senior Indro mengatakan bahwa bakat-bakat muda harus diberi kesempatan agar mereka dapat mengasah keterampilan dan mengeksplorasi potensi mereka.
Bagi bakat-bakat muda, pengakuan dari sosok-sosok besar atau senior merupakan motivasi luar biasa untuk terus maju.
Kisah Kautsar dan para aktor muda lainnya bukan hanya tentang perkembangan bakat individu. Lebih dari itu, itu mengilustrasikan bagaimana seni tradisional seperti lenong dapat diterima oleh generasi muda.
Sementara dunia hiburan saat ini didominasi oleh media sosial, film-film blockbuster, dan tren global, lenong modern berperan sebagai pengingat bahwa seni lokal masih bisa beradaptasi tanpa kehilangan identitasnya.
Itulah mengapa kolaborasi lintas generasi, seperti yang ditampilkan dalam pertunjukan Simpanan Juragan, penting. Dengan aktor dan…