Jakarta (ANTARA) – Kepala Badan Industri Mineral yang baru dilantik, Brian Yuliarto, menjelaskan bahwa badan ini diberikan tugas untuk mengelola bahan-bahan strategis yang sangat penting bagi industri pertahanan.
“Presiden meminta saya untuk memimpin Badan Industri Mineral. Lembaga ini akan mengawasi industri bahan strategis yang terkait dengan pertahanan nasional,” ujar Yuliarto di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.
Yuliarto, yang juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, menegaskan bahwa material ini tidak hanya vital bagi kedaulatan nasional, namun juga untuk memperkuat ekonomi.
Ruang lingkup badan ini mencakup logam tanah jarang dan mineral radioaktif.
Yuliarto mencatat bahwa Badan Industri Mineral akan berkoordinasi erat dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi untuk mengelola sumber daya ini dengan efektif.
“Mengingat konten teknologinya yang tinggi, kami mendorong universitas-universitas untuk memajukan riset tanah jarang guna aplikasi industri,” tambahnya.
Presiden Prabowo Subianto secara resmi melantik Yuliarto sebagai Kepala Badan Industri Mineral melalui Keputusan Presiden No. 77P/2025.
Lahir di Jakarta pada 27 Juli 1975, Yuliarto lulus dengan gelar di bidang Fisika Teknik dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1999 dan diakui secara nasional maupun internasional untuk karyanya di bidang nanoteknologi.
Badan Industri Mineral sebelumnya berada di bawah Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM.
Fokusnya saat ini mencakup pengolahan hilir mineral kunci—seperti nikel, bauksit, tembaga, dan tanah jarang—untuk memenuhi permintaan global yang meningkat untuk teknologi energi bersih dan baterai.
Berita terkait: Badan mineral baru Indonesia untuk perkuat riset tanah jarang: IMA
Berita terkait: Indonesia luncurkan badan baru untuk kelola mineral strategis
Penerjemah: Fathur Rochman, Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak Cipta © ANTARA 2025