Rabu, 22 Januari 2025 – 07:50 WIB
Jakarta, VIVA – Pekan lalu publik sempat dihebohkan dengan insiden puluhan siswa sekolah dasar di Sukoharjo, Jawa Tengah mengalami keracunan usai makan bergizi gratis (MBG). Insiden ini terjadi di SDN Dukuh 03, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah pada Kamis 16 Januari 2025.
Baca Juga:
Keracunan ini terjadi pada 40 siswa yang memakan ayam dalam menu makanan tersebut. Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyebut insiden tersebut dapat segera diatasi berkat kesigapan petugas di lapangan yang langsung mengambil tindakan saat menyadari adanya masalah pada makanan tersebut.
Untuk menghindari insiden serupa terjadi, Staf Ahli Kepala Badan Gizi Nasional, Ikeu Tanziha, angkat bicara. Dia menyebut bahwa sebenarnya insiden ini tidak boleh terjadi.
Baca Juga:
“Satupun tidak boleh ada. Ini masukan kepada kami apa permasalahan di sana dan itu untuk diantisipasi oleh SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi),” kata dia saat dikonfirmasi VIVA.co.id di Kementerian Kesehatan, Selasa 21 Januari 2025.
Lebih lanjut diungkap Ikeu bahwa sebenarnya untuk mencegah terjadinya insiden keracunan sendiri sudah ada standar operasional atau SOP mulai dari penerimaan bahan hingga proses penyimpanan dan pengolahan makanan tersebut.
Baca Juga:
“Mulai dari penerimaan bahan, bahan-bahan itu akan dilihat apakah masih fresh atau sudah basi. Kemudian dari penyimpanan, antara bahan basah dengan bahan kering berbeda. Kemudian setelah penyimpanan pengolahan itu ada SOP-nya. Untuk pengolahan, misalnya pengolahan-pengolahan itu harus berapa derajat untuk makanan ini agar zat gizinya tidak rusak selain dari keamanan pangan,” ujar dia.
Ikeu juga menyebut bahwa setiap proses penerimaan bahan hingga makanan makan bergizi gratis sampai ke siswa sekolah selalu diawasi.
“Jadi kontrol pointnya pasti kita lihat. Setiap prosesnya kita awasi dari tahap-tahapan itu yang disebut management gizi institusi dari mulai penerimaan bahan dilihat timbangannya benar atau tidak, jenisnya sesuai tidak dengan pesanan, kemudian kondisinya fresh atau tidak. Bahan-bahan yang kering ke tempat yang kering, bahan yang basah ke tempat yang basah. Telur tidak disatukan dengan sayuran karena telur mengandung salmonela, takutnya berdampak pada sayuran. Bahan-bahan yang saling mengkontaminasi kita bedakan,” kata dia.
Di sisi lain, terkait dengan adanya keinginan masyarakat untuk meniadakan program makan bergizi gratis usai insiden ini. Ikeu punya pandangan tersendiri, jika program ini diberhentikan maka anak-anak ekonomi kurang yang akan berdampak.
“Tapi jangan orang mutung yang rugi anak-anak kita, terutama anak-anak yang membutuhkan makan dari keluarga miskin,” kata dia.
Halaman Selanjutnya
“Jadi kontrol pointnya pasti kita lihat. Setiap prosesnya kita awasi dari tahap-tahapan itu yang disebut management gizi institusi dari mulai penerimaan bahan dilihat timbangannya benar atau tidak, jenisnya sesuai tidak dengan pesanan, kemudian kondisinya fresh atau tidak. Bahan-bahan yang kering ke tempat yang kering, bahan yang basah ke tempat yang basah. Telur tidak disatukan dengan sayuran karena telur mengandung salmonela, takutnya berdampak pada sayuran. Bahan-bahan yang saling mengkontaminasi kita bedakan,” kata dia.