AS dan China Perpanjang Gencatan Senjata Tarif Hingga 90 Hari

Selasa, 12 Agustus 2025 – 14:00 WIB

Washington, VIVA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperpanjang gencatan senjata perdagangan dengan Tiongkok selama 90 hari. Ini setidaknya menunda kemungkinan naiknya tarif yang bisa merusak hubungan ekonomi kedua negara.

Baca Juga:
Zelensky Melunak Jelang Pertemuan Trump-Putin di Alaska, Setuju Tukar Wilayah?

Pengumuman ini disampaikan Trump lewat Truth Social. Dia bilang, "semua bagian lain dari perjanjian tetap sama." Beijing, melalui Kementerian Perdagangan, juga mengonfirmasi perpanjangan ini.

Batas waktu sebelumnya habis Selasa dini hari. Kalau tidak diperpanjang, tarif impor AS untuk produk Tiongkok bakal naik jadi 30%, dan Beijing akan balas dengan tarif ke ekspor AS.

Baca Juga:
Bursa Asia Kinclong, Indeks Jepang Pecah Rekor Tertinggi Setelah Gencatan Tarif AS-Tiongkok

Langkah ini disambut positif oleh pebisnis AS. Sean Stein, Presiden Dewan Bisnis AS-Tiongkok, bilang perpanjangan ini memberi waktu untuk negosiasi yang diharapkan bisa buka akses pasar dan pulihkan ekspor pertanian serta energi AS.

Baca Juga:
Jet Tempur Siluman Baru China Muncul, Pesaing J-50 atau Drone Canggih?

Sebagai bagian kesepakatan, Tiongkok akan kendorkan beberapa larangan bagi perusahaan AS yang masuk daftar kontrol ekspor dan daftar entitas tidak tepercaya, berlaku selama 90 hari.

Hubungan dagang AS-Tiongkok sempat memanas setelah Trump naikkan tarif ke hampir semua mitra dagang, dorong tarif rata-rata AS ke 18,6%—tertinggi sejak 1933. Tiongkok balas dengan batasi ekspor mineral tanah jarang yang penting bagi industri teknologi dan energi.

Bulan Juni lalu, kedua negara sepakati kesepakatan sementara. AS cabut pembatasan ekspor teknologi chip dan bahan baku petrokimia, sementara Tiongkok mudahkan akses perusahaan AS ke logam tanah jarang.

MEMBACA  Disney memblokir ESPN, ABC, dan saluran lainnya untuk pelanggan DirecTV

Sebelumnya, mereka juga turunkan tarif besar-besaran yang sempat capai 145% untuk produk Tiongkok dan 125% untuk produk AS.

Meski ada kemajuan, ahli bilang perjanjian dagang komplit masih sulit. Masalah sensitif seperti hak kekayaan intelektual dan subsidi industri Tiongkok diperkirakan tetap jadi sumber ketegangan, dan perang dagang bisa berlanjut tahun-tahun ke depan.

Halaman Selanjutny:
Baca Kelanjutan Berita Ini