Jakarta (ANTARA) – Indonesia mendapat minat yang kuat dari Angola dan Ethiopia untuk memperluas kerjasama pertanian, kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada Sabtu setelah serangkaian pertemuan bilateral di sela-sela KTT G20 di Afrika Selatan.
Hartarto menyebutkan kedua negara itu memberi sinyal rencana untuk mengirim delegasi resmi ke Indonesia tahun depan. “Angola dan Ethiopia menyampaikan keinginan mereka untuk berkunjung ke Indonesia, kemungkinan tahun depan,” ujarnya dalam briefing online dari Johannesburg pada Sabtu malam.
Jakarta, tambahnya, akan menyiapkan langkah-langkah teknis melalui kementerian terkait dan memberi brief kepada Presiden Prabowo Subianto untuk memajukan kemitraan potensial ini.
Hartarto mencatat bahwa beberapa perusahaan Indonesia sudah beroperasi di Ethiopia, tetapi sebuah kerangka kerjasama baru—khususnya untuk pertanian—diperlukan untuk memperdalam hubungan investasi.
“Lima hingga enam investor Indonesia telah berinvestasi di Ethiopia, dan mereka membutuhkan dukungan dari pemerintah, terutama di sektor pertanian dan turunan minyak sawit,” katanya.
Dia menambahkan bahwa negara lain juga menyatakan minat pada kerjasama ekonomi yang lebih luas dengan Indonesia. Finlandia, contohnya, menunjukkan ketertarikan untuk berinvestasi di industri pusat data.
“Finlandia, yang dikenal dengan teknologi tingginya, tertarik dengan pusat data,” ujarnya.
Berita terkait: Pemimpin Angola dan Ethiopia rencanakan kunjungan ke Indonesia tahun depan: Hartarto
Hartarto juga menyoroti kolaborasi pertahanan dan energi yang sedang berjalan, termasuk penandatanganan MoU antara PT Dahana dan perusahaan pertahanan Jerman, Rheinmetall, untuk mengembangkan fasilitas bahan peledak. Di sektor energi, dia mencatat rencana investasi senilai sekitar US$2,6 miliar di industri hulu minyak dan gas yang melibatkan Pertamina dan mitra internasional.
KTT G20 sendiri membahas berbagai tantangan global dalam tiga sesi utama. Sesi pertama membahas isu ekonomi berkelanjutan, peran perdagangan dan keuangan dalam pembangunan, serta beban utang di negara-negara berkembang.
Sesi kedua berfokus pada membangun dunia yang tangguh, termasuk penanggulangan bencana, perubahan iklim, transisi energi yang berkeadilan, dan sistem pangan global.
Sesi ketiga mengkaji pekerjaan yang layak, tata kelola kecerdasan buatan, dan mineral kritikal—sebuah agenda yang didorong Indonesia sebagai prioritas utama dalam pertemuan tahun ini.
Berita terkait: Indonesia dan Angola punya potensi kerjasama ekonomi yang besar: Menteri
Penerjemah: Bayu Saputra, Katriana
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025