Ancaman Abrasi terhadap Jalan dan Sawah Warga di Perbatasan Indonesia-Malaysia, Upaya Herzaky untuk Mengatasinya

Jumat, 11 Juli 2025 – 21:42 WIB

Jakarta, VIVA – Abrasi di bibir pantai Desa Matang Danau, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, semakin mengkhawatirkan. Dampaknya, diperparah oleh perubahan iklim, mengancam jalan utama dan lahan pertanian yang bisa ganggu swasembada pangan di daerah itu.

Baca Juga:
Bakal Ada Tarif Batas Atas dan Bawah untuk Sopir Kendaraan Logistik

Hal ini diungkapkan Kepala Desa Matang Danau, Halipi, dan Camat Paloh, Budi Susanto, saat Staf Khusus Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Herzaky Mahendra Putra, mengunjungi lokasi abrasi pada 9-10 Juli 2025. Lokasi ini bisa dicapai lewat perjalanan darat selama tujuh jam dari Pontianak.

Jika tak segera ditangani, tidak hanya sawah yang hilang, tapi juga mata pencaharian ribuan orang. Warga setempat menyebut abrasi mengikis 5-8 meter pantai setiap tahunnya. Bahkan, salah satu jembatan pernah roboh diterjang ombak.

Baca Juga:
Kapal Tongkang Terdampar dan Hancurkan Warung di Pantai Randusanga Indah Brebes

Herzaky menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan pembangunan pengaman pantai di Matang Danau, yang terbukti bermanfaat bagi warga.

“Kondisi di sini darurat. Abrasi makan pantai 5-8 meter per tahun, mengancam jalan utama yang menghubungkan beberapa desa. Dulu ada lapangan bola, sekarang sudah hilang,” kata Halipi kepada Herzaky.

Baca Juga:
Beach Club di Nusa Dua Bali Jadi Destinasi Seru dengan Banyak Venue

Herzaky menyebut masih ada 400-450 meter garis pantai yang belum ditangani. Namun, pemerintah akan percepat prosesnya mengingat urgensi dan dampaknya yang luas.

“Ini bukan cuma soal infrastruktur, tapi keselamatan warga. Menko AHY selalu tekankan bahwa manfaat pembangunan harus dirasakan semua. Desa ini di ujung Kalbar, dekat perbatasan, adalah wajah negeri kita. Sesuai arahan Presiden Prabowo, pembangunan perbatasan harus jadi prioritas,” tambah Herzaky.

MEMBACA  Gubernur Khofifah Ajak Masyarakat Lestarikan dan Promosikan Batik Sampang

Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan I telah membangun pengaman pantai sepanjang 275 meter pada 2023. Namun, sebagian besar garis pantai di Matang Danau masih rawan.

Kepala Satker BWS Rusly Effendi Hartono menjelaskan, pembangunan pengaman pantai di Sambas sudah dilakukan sejak 2020, dengan total panjang hampir lima kilometer.

“Struktur yang kami pakai besar, 80x80x80 cm, berat satu ton per unit. Pengerjaan dilakukan di lokasi, sehingga serap tenaga kerja lokal,” kata Rusly.

Dampak positifnya, beberapa lahan pertanian terselamatkan dan kawasan ini mulai menarik wisatawan.

“Kalau pengaman pantai dilanjutkan, tidak hanya sawah yang aman, tapi bisa dikembangkan jadi objek wisata,” ujar Halipi.

Ia memperingatkan, jika pembangunan tak dilanjutkan tahun ini, jalan utama dan rumah warga bisa terputus dan hanyut ke laut.

“Kami harap, dengan kedatangan Bapak Staf Khusus, keinginan warga Matang Danau bisa terpenuhi. Pembangunan ini tidak hanya kurangi abrasi, tapi juga tumbuhkan ekonomi kreatif dan UMKM,” katanya.

Camat Paloh, Budi Susanto, menekankan pentingnya pembangunan lanjutan untuk lindungi warga dan jaga konektivitas.

“Pembangunan pengaman pantai sentuh tiga hal: lindungi lingkungan, dukung pariwisata, dan kuatkan ekonomi. Ini harus jadi prioritas bersama,” ujar Budi.

Kunjungan lapangan ini juga dihadiri pejabat BWS, anggota DPRD Kalbar, dan tokoh masyarakat.

Halaman Selanjutnya