Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa meskipun pertumbuhan kredit perbankan sempet naik sedikit di bulan September 2025, tapi kecepatannya belum cukup untuk mendukung ekonomi nasional. Tercatat, kredit tumbuh 7,70% (yoy), naik dikit dari bulan Agustus yang 7,56%.
Namun, Perry nandain masalah besar yaitu masih banyaknya fasilitas pinjaman yang belum dicairkan. Ini menunjukkan bahwa permintaan kredit dari pelaku usaha sebenarnya masih lemas.
Menurut Perry, kondisi ini dipengaruhi karena pelaku usaha masih suka wait and see, perusahaan lebih milih pakai dana internal, dan suku bunga kredit yang masih terbilang tinggi. Hal ini diungkapkannya dalam konferensi pers di Jakarta.
Nilai pinjaman yang belum dicairkan itu sangat besar, mencapai Rp2.374,8 triliun! Sebagian besar berasal dari segmen korporasi, terutama dari sektor Perdagangan, Industri, dan Pertambangan, serta didominasi kredit untuk modal kerja.
Lebih detailnya, pertumbuhan kredit modal kerja melambat jadi 3,37%. Kredit konsumsi juga lambat jadi 7,42%. Kredit untuk UMKM dan pembiayaan syariah ikut melambat. Satu-satunya yang tumbuh bagus adalah kredit investasi, yang naik 15,18%.
Di sisi lain, Perry memastikan bahwa kemampuan bank untuk memberi pinjaman sebenarnya sangat cukup. Ini didukung rasio AL/DPK yang tinggi di angka 29,29% dan pertumbuhan DPK yang mencapai 11,18%.