Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia telah mengecam ratusan pemukim Israel yang dengan paksa memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem yang diduduki selama acara Mars Bendera mereka pada hari Rabu.
“Tindakan tersebut sangat provokatif dan sangat menyakiti umat Muslim di seluruh dunia,” pernyataan Kementerian Luar Negeri Indonesia di platform media sosial X pada Kamis malam.
Masjid Al-Aqsa merupakan situs suci ketiga bagi umat Islam, setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabi di Madinah, Arab Saudi.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Indonesia mengulang seruan untuk segera mengakhiri segala bentuk pelanggaran dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pasukan Israel di wilayah teritorial yang diduduki Palestina, termasuk Jalur Gaza.
Terkait dengan Mars Bendera, WAFA melaporkan pada 5 Juni bahwa ribuan pemukim Israel, yang diawal-awali oleh polisi Israel, memasuki Kota Tua Yerusalem yang diduduki, memulai acara tersebut.
Masuk melalui Gerbang Jaffa dan Gerbang Damaskus, mereka berbaris melalui lingkungan Kota Tua menuju Plaza Tembok Barat, yang berdekatan dengan Masjid Al-Aqsa, menurut agensi berita Palestina.
Mars Bendera adalah acara tahunan yang menandai peringatan pendudukan Yerusalem pada tahun 1967.
Mars berkibar bendera tersebut diikuti oleh menteri-menteri pemerintah Israel dan anggota Knesset, termasuk Menteri Keamanan Nasional ultranasionalis Itamar Ben-Gvir, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, Menteri Warisan Amihai Eliyahu, dan Menteri Transportasi Miri Regev.
Selama mars provokatif tersebut, para pemukim Israel menyerang sejumlah warga Yerusalem dan jurnalis, yang mengakibatkan beberapa orang terluka. Serangan melibatkan polisi Israel, dengan beberapa pemukim dilaporkan bersenjata.
Polisi Israel menangkap beberapa warga Palestina setempat, termasuk anak-anak, setelah serangan tersebut, menurut WAFA.
Sehubungan dengan perjuangan Palestina yang belum selesai untuk kemerdekaannya, ANTARA mencatat bahwa Palestina selalu memiliki posisi khusus dalam kebijakan luar negeri Indonesia.
Dukungan Indonesia yang teguh terhadap Palestina tetap menjadi pijakan kebijakan luar negeri, sebuah sikap yang tidak berubah sejak masa Presiden Soekarno.
Pada tahun 1962, pendiri Indonesia ini membuat pernyataan yang kemudian digunakan sebagai panduan dalam kebijakan luar negeri Indonesia tentang masalah Palestina.
“Selama kebebasan Palestina belum dikembalikan kepada rakyat Palestina, akan selamanya menjadi Indonesia untuk berdiri menentang pendudukan oleh Israel,” ujar Soekarno.
Berita terkait: Indonesia mendukung solusi dua negara sesuai konsensus global
Berita terkait: Indonesia mengecam penghancuran rumah-rumah Palestina di Yerusalem
Translator: Rahmad Nasution
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2024