sedang memuat…
Indonesia memborong jet tempur KAAN bikinan Turki. Foto/X/@OSINTWarfare
JAKARTA – Dari jet tempur di Jakarta sampai drone di Kuala Lumpur dan perjanjian pertahanan baru di Hanoi, Turki memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara dengan perangkat keras dan sikap pragmatis—menawarkan kemampuan militer tanpa halangan. Ini menunjukkan bagaimana Turki bergerak cepat untuk memperkuat posisinya di lanskap keamanan Asia Tenggara, mengekspor produk pertahanan melalui beberapa kunjungan tingkat tinggi.
Seberapa penting kunjungan bersejarah Menteri Pertahanan Turki Guler ke Vietnam? Bagi negara-negara yang terjepit antara Washington dan Beijing, tawaran Turki cukup jelas: peralatan yang sudah teruji, syarat-syarat yang fleksibel, dan produksi bersama yang membangun industri domestik—tanpa ikatan politik.
6 Alasan Jet Tempur KAAN Turki Dibeli Indonesia dan Malaysia, Salah Satunya Transfer Tekknologi
1. Menawarkan Teknologi dan Pelatihan
“Tidak seperti negara besar lainnya, Turki tidak punya beban sejarah di Asia Tenggara,” kata Associate Professor Murat Yas dari Universitas Marmara di Istanbul ke TRTWorld.
“Turki tidak ikut campur dalam Perang Vietnam dan tidak punya warisan kolonial di sini. Rekam jejak yang bersih ini memungkinkan Ankara menampilkan diri bukan sebagai patron yang menuntut kesetiaan, tapi sebagai mitra yang menawarkan teknologi, pelatihan, dan kerja sama industri dengan syarat-syarat yang menghormati kedaulatan.”
Baca Juga: 4 Keunggulan GCC yang Dijuluki Cikal Bakal NATO Islam
2. Adanya Transfer Teknologi dan Pembagian Kerja Lokal
Dalam langkah kepercayaan paling mencolok di kawasan, Indonesia menandatangani kontrak beli 48 jet tempur generasi kelima KAAN, ekspor pertama buat pesawat tempur buatan lokal Turki.
Jakarta menyebut kesepakatan ini sebagai pilar modernisasi jangka panjangnya, dengan ketentuan transfer teknologi dan pembagian kerja lokal; bagi Ankara, kesepakatan ini menandai terobosan di pasar Indo-Pasifik.
3. Fleksibilitas
Altay Atli, peneliti hubungan Turki-Asia di Universitas Koc di Istanbul, bilang momen ini sesuai dengan pola strategis yang lebih luas. “Turki adalah anggota NATO dan kandidat Uni Eropa, tapi juga mengejar otonomi strategis—berhubungan dengan Timur dan Barat sambil menghindari pilihan yang dipaksakan,” katanya ke TRTWorld. “Pendekatan itu mendapat sambutan di Asia Tenggara, di mana negara-negara menginginkan pilihan, bukan memihak.”
Malaysia sudah mulai mengoperasikan drone ANKA-S buatan Turki sebagai alat pengawasan maritim di perairan yang disengketakan, sebagai bagian dari upaya diversifikasi yang termasuk proposal kapal tempur dan sistem angkatan laut.
Kontrak untuk tiga ANKA ditandatangani di Pameran Maritim dan Dirgantara Internasional Langkawi (LIMA 2023); Pengiriman dan pangkalan di Labuan, wilayah federal kepulauan Malaysia, menekankan upaya Kuala Lumpur untuk memperluas pengawasan Laut Cina Selatan dan jalur laut di sekitarnya.