Perjuangan Tuan Rondahaim untuk Membebaskan Bangsa

Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU) Prof. Dr. Budi Agustono. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com – Tahun 1880-1891 adalah tahun formasi sosial, ekonomi dan politik di Sumatera Timur. Periode infrastruktur modern dalam menopang kapitalisme kolonial yang direpresentasikan dengan beroperasinya kekuasaan Belanda mencengkeram Sumatera Timur, dan beroperasinya industri perkebunan yang eksploitatif dan rasis.

Tahun-tahun perjuangan dan perlawanan Tuan Rondahaim terhadap bangunan kekuasaan kolonial di wilayah Simalungun dan Sumatera Timur.

Meskipun keturunan raja, semasa mudanya, Tuan Rondahaim dikenal sangat dekat dan bergaul akrab dengan masyarakat. Bahkan awal mulanya masyarakat tidak mengetahui kalau Tuan Rondahaim pelanjut kekuasaan Raya.

Tuan Rondahaim tidak pernah menganggap dirinya sebagai orang berpangkat dan berkedudukan tinggi dan kepemimpinanya terpuji dan teruji di masyarakat.

Tidak saja perangainya yang terpuji, Tuan Rondahaim adalah sosok yang penuh perhatian dengan situasi negerinya yang sedang menghadapi perubahan besar akibat agresivitas kekuasaan kolonial Belanda.

Ekspanasi kekuasaan kolonial Belanda memorakporandakan bangunan masyarakat tradisional sehingga negerinya tak berdaya secara ekonomi dan politik.

Melihat keprihatinan negeri dan rakyatnya mendorong Tuan Rondahaim harus mempunyai pengetahuan dan semangat memertahankan diri untuk melawan kekuasaan kolonial.

Tuan Rondahaim belajar seni perang tidak saja di tempat kelahirannya, tetapi mencari guru teknik perang sampai ke Gayo.

Dalam memerangi kekuasaan kolonial, Tuan Rondahaim tidak pernah tunduk dan takluk terhadap kekuasaan asing (kolonial).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

MEMBACA  Google memungkinkan pengecer untuk menyertakan gambar 3D dalam iklan yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan