Ukraina tidak mengkoordinasikan serangan Kursk secara terlebih dahulu

NATO tidak terlibat dalam serangan mendadak Ukraina ke wilayah Rusia Kursk, kata ketua NATO Jens Stoltenberg kepada surat kabar Jerman Die Welt.

“Ukraina tidak memberitahukan perencanaannya untuk Kursk kepada NATO, dan aliansi tidak berperan,” katanya dalam wawancara yang diterbitkan pada hari Sabtu.

Sekitar 10.000 tentara Ukraina menyeberangi ke wilayah Rusia barat pada 6 Agustus. Kiev mengklaim menguasai sekitar 100 pemukiman dan lebih dari 1.000 kilometer persegi wilayah Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan tujuan dari serangan ke Kursk adalah untuk menciptakan zona buffer untuk menghentikan serangan Moskow ke wilayah Sumy Ukraina yang parah terkena dampak.

Moskow menuduh negara-negara NATO mendukung Kiev dalam invasinya dengan menyuplai senjata dan amunisi ke militer Ukraina, serta data intelijen.

Stoltenberg menggambarkan kemajuan Ukraina melintasi perbatasan sebagai sah.

“Selama lebih dari 900 hari, Rusia telah memulai perang agresi tanpa alasan terhadap Ukraina, dan telah melakukan serangan tanpa henti ke Ukraina dari wilayah Kursk. Para tentara, tank, dan pangkalan Rusia di sana adalah sasaran sah menurut hukum internasional,” katanya kepada surat kabar tersebut.

“Seperti semua operasi militer, ini memiliki risiko. Tapi keputusan Ukraine bagaimana mempertahankan diri.”

Sementara Moskow kesulitan menghentikan kontra-invasi Kiev, tentara Rusia baru-baru ini merebut sejumlah pemukiman saat mereka maju lebih jauh ke wilayah Ukraina timur Donetsk.

Pertempuran sengit terjadi di dekat Pokrovsk, sebuah kota yang penting secara strategis yang merupakan rumah bagi simpul kereta api. Jika Pokrovsk jatuh, itu bisa membuka jalan bagi kemajuan Rusia menuju pusat kota yang lebih besar dan membawa Moskow lebih dekat untuk mengendalikan seluruh wilayah Donetsk.

MEMBACA  Apa yang kita ketahui tentang tersangka penembakan Donald Trump