Sejarah Kekhalifahan Cordoba: Islam Menyinari Eropa

Kekhalifahan Cordoba menemukan kejayaannya pada masa Abd al-Rahman III atau khalifah pertama. Foto/Ilustrasi: Forbes
Kekhalifahan Cordoba didirikan oleh Abd al-Rahman III yang merupakan keturunan dari Abd al-Rahman al-Dakhil. Pada Januari 929 ia menobatkan dirinya sendiri menjadi khalifah di dunia Islam. Jadi pada waktu itu di dunia Islam ada3 khalifah. Pertama, Khalifah Abbasiyah yang bernama al-Muqtadir Billah di Bagdad. Kedua, adalah Khalifah Fathimiyah yang bernama Abu Muhammad Abdullah al-Mahdi di Mahdia. Terakhir, adalah Abd al-Rahman III di Cordoba. Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul “Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa” mengatakan keberanian Abd al-Rahman III menobatkan dirinya menjadi khalifah tidak lain karena lemahnya kontrol politik dan militer Kekhalifahan Abbasiah di wilayah Mesir ke barat. Kala itu, wilayah barat Mesir tidak dapat dikuasai secara sempurna oleh Kekhalifahan Abbasiyah karena lemahnya jangkauan militer Abbasiyah serta tidak loyalnya gubernur-gubernur di barat Mesir. Setelah Abd alRahman, tercatat Abd al-Rahman bin Bahram bin Rustam mendirikan Dinasti Rustamiyah di Tahart pada tahun 767 karena tercatat sebagai musuh politik Abbasiyah. Pada tahun 788, Idris bin Abdallah mendirikan Dinasti Idrisiah di Maghrib. Idris juga merupakan musuh Abbasiyah. Abd al-Rahman bin Bahram beraliran Khawarij sedangkan Idris bin Abdallah beraliran Islam Syiah. Khawarij dan Syiah dilarang keras di Abbasiyah. “Faktor lainnya adalah Abd al-Rahman ingin menunjukkan bahwa kejayaan Kekhalifahan Umayyah masih ada yaitu di ujung barat dunia Islam,” ujarnya. Selama 73 tahun keturunan Kekhalifahan Umayyah tidak berani menunjukkan keberaniannya dalam perpolitikan Islam. Selama 73 tahun itu pula mereka hanya bergelar emir di daerah yang sangat jauh dari jangkauan Baghdad. Jauhnya jarak membuat Emirat Cordoba tidak mempunyai pengaruh politik di dunia Islam, dan juga karena jauhnya jarak tersebut, Emirat Cordoba aman dari serangan-serangan antara sesama Islam yang kekuatannya lebih menakutkan dari kerajaan-kerajaan Kristen di Eropa. Di selatan Andalusia terdapat kekuatan Dinasti Idrisiah, Dinasti Rustamiah, dan juga Dinasti Aghlabiah. Dinasti Aghlabiah didirikan atas persetujuan dari Khalifah Abbasiyah Harun al-Rasyid yang menginginkan Dinasti Aghlabiah sebagai alat Baghdad untuk meruntuhkan Cordoba. Sejak diubahnya status emirat menjadi kekhalifahan, pengaruh Cordoba semakin kuat dalam politik Islam. Tepatnya pada tahun 1000, Islam mempunyai tiga kota yang paling menakjubkan bila dilihat dari kemegahan arsitekturnya; juga dari kehidupan penduduknya yang makmur, modern, serta intelektual. Kota-kota tersebut adalah Baghdad, Kairo, dan Cordoba. Kota di dunia yang dapat menyaingi ketiga kota tersebut hanyalah Konstantinopel di Eropa dan Beijing di Asia. Tidak hanya Cordoba, Kekhalifahan Cordoba juga mempunyai kota-kota lainnya yang tidak kalah indah dengan Cordoba sendiri, yaitu Sevilla, Toledo, Malaga, dan Granada. Pada waktu itu Cordoba adalah kota terbesar dan teramai di Eropa karena memiliki penduduk terbanyak. Cordoba tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, namun juga menjadi kota perdagangan dan kota tempat kaum intelektual mengasah pemikiran dan mencari ilmu. Keberadaan kaum intelektual dan kaum pelajar didukung adanya sebuah universitas yang terkenal di Eropa yang bernama Universitas Cordoba dan puluhan perpustakaan di seluruh kekuasaan Kekhalifahan Cordoba. Cordoba adalah kota pemuda seluruh Eropa belajar ilmu pengetahuan, khususnya tentang kedokteran dan sains. Tanpa Kekhalifahan Cordoba, Eropa tidak akan pernah menemukan Renaisans dan tentunya nanti akan melahirkan revolusi industri. Kekhalifahan Cordoba menemukan kejayaannya pada masa Abd al-Rahman III atau khalifah pertama. Pada waktu itu, Kekhalifahan Cordoba menjadi sinar terang di Eropa karena kerajaan-kerajaan Kristen di Eropa masih terkekang oleh aturan gereja. Masyarakat Eropa hidup dalam keterbatasan sehingga melahirkan keterbelakangan level peradaban yang dikenal sebagai abad kegelapan. Jati Pamungkas mengatakan masa-masa kegelapan tidak hanya penduduknya hidup dalam kemiskinan, namun juga kebodohan. Pada waktu itu, kemakmuran hanyalah milik bangsawan. “Jadi abad kegelapan di Eropa bukanlah arti sempit dikarenakan Eropa telah terkepung oleh Islam di selatan dan Mongol di timur, namun lebih karena Eropa terjebak dalam kehidupan yang miskin dan bodoh akibat struktur sosial mereka sendiri,” kata Jati Pamungkas. Mereka tidak mampu mengembangkan ilmu-ilmu yang ditemukan pada masa peradaban Yunani. Selain itu, gereja sangat mendominasi kehidupan sosial, dan hukum gereja adalah segalanya. Kota-kota besar di Eropa seperti London dan Paris pada waktu itu masih gelap gulita dan banyak terdapat kubangan lumpur, sementara jalan di kota-kota Kekhalifahan Cordoba diterangi dengan cahaya lampu api dan jalannya ditata dengan batu agar memudahkan transportasi dan distribusi barang. (mhy)

MEMBACA  Jaringan Pencuri Toko Emas yang Melintasi Provinsi Ditangkap Saat Beraksi di Trenggalek