Diskusi Santri Spartan, Kang Eep Mengatakan Jokowi Sedang Menghadapi Orang Normal.

Jumat, 26 Januari 2024 – 18:33 WIB

Diskusi Ngobrolin People Power 14 Februari 2024 Bersama Masyarakat Jurdil di TPS yang diselenggarakan Santri Spartan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (26/1). Foto: Santri Spartan

jpnn.com, JAKARTA – Pendiri sekaligus pemimpin di PolMark Research Centre Eep Saefulloh Fatah menilai Pilpres 2024 ini merupakan pemilihan presiden paling kejam sepanjang sejarah reformasi. Menurut dia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah tanpa malu menunjukkan keberpihakannya sebagai kepala negara.

“Beberapa hal umum yang pertama saya menyaksikan Pak Jokowi ingin menang tetapi tidak ingin menggunakan cara demokrasi. Ini kesimpulan yang pertama. Saya bisa salah, tetapi sejauh ini itulah kesimpulan yang tepat yang bisa saya rumuskan,” kata pria yang akrab disapa Kang Eep itu dalam acara Ngobrolin People Power 14 Februari 2024 Bersama Masyarakat Jurdil di TPS yang diselenggarakan Santri Spartan di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (26/1).

Eep menyadari Jokowi memang memang di setiap pesta demokrasi, yakni di Pilkada Solo 2005 dan 2010 di mana di tahun tersebut menang fenomenal 90,1 persen raihan suaranya.

Lalu di Pilgub Jakarta 2012, Pilpres 2014 serta 2019. Jokowi bahkan hampir melanjutkan kepemimpinan dengan masifnya wacana tiga periode, tetapi gagal.

“Kesimpulan yang kedua, sepanjang sejarah reformasi terutama sejak pilpres langsung 2004, di 2024 pertama kali kita menyaksikan presiden cawe-cawe dengan amat sangat jauh. Saya tidak perlu berdebat tentang ini karena Pak Jokowi sudah mengakui. Kesimpulan kedua, ada keterlibatan presiden yang sangat jauh,” kata Eep.

Eep menilai seharusnya Pilpres 2024 ini mengulang peristiwa 2014, di mana pemilihan tidak ada petahana. Namun kalau ini cerita agak berbeda, tidak ada petahana, tetapi dengan keterlibatan incumbent yang tegas.

MEMBACA  Bey Machmudin Menemani Presiden Jokowi dalam Peresmian Gedung Pusat Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak RSHS Bandung

“Ketika ingin menang tetapi tidak ingin menggunakan cara demokrasi berjalan ada yang salah dengan sistem, mekanisme, aturan insitusi politik yang kita miliki. Ini harus dibenahi,” jelas Eep.

Dia menyampaikan demokrasi yang sudah matang salah satu cirinya ketika semua orang mengakui dan menjalani aturan yang berjalan.

Eep Saefulloh menjelaskan banyak sekali ilustrasi yang menunjukkan Jokowi telah blunder.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News