Jepang, Filipina tandatangani pakta pertahanan dengan memperhatikan China | Berita Militer

Persetujuan datang saat Manila dan Tokyo berbagi kekhawatiran tentang perilaku tegas Beijing yang semakin meningkat di wilayah tersebut. Jepang dan Filipina telah menandatangani pakta pertahanan yang memungkinkan penempatan pasukan di tanah masing-masing mengingat kekhawatiran bersama terhadap kekuatan militer China yang semakin berkembang. Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa dan Menteri Pertahanan Nasional Filipina Gilberto Teodoro menandatangani Perjanjian Akses Timbal Balik pada hari Senin selama sebuah upacara di Manila. Di bawah perjanjian tersebut, pasukan Jepang akan dapat dikerahkan di Filipina untuk latihan militer bersama dan pasukan Filipina akan dapat melakukan latihan tempur di Jepang. Pakta ini akan perlu diratifikasi oleh legislator kedua negara untuk mulai berlaku. Perjanjian itu datang saat Jepang dan Filipina, kedua sekutu lama Amerika Serikat, waspada terhadap perilaku tegas China di wilayah tersebut. Beijing telah mengklaim lebih dari 90 persen Laut China Selatan, termasuk perairan yang berada di dalam zona ekonomi eksklusif Filipina dan empat negara Asia Tenggara lainnya. Tribunal internasional di Den Haag pada tahun 2016 menemukan bahwa klaim Beijing tidak memiliki “dasar hukum”. Penjaga pantai dan angkatan laut China dan Filipina telah terlibat dalam banyak konfrontasi di perairan yang diperebutkan, termasuk insiden bulan lalu di mana personel penjaga pantai China yang membawa pisau dan tombak menggunakan perahu motor untuk menabrak dua kapal pasokan angkatan laut Filipina. Jepang memiliki sengketa wilayah yang berlangsung lama dengan China atas Kepulauan Senkaku yang terletak di antara Taiwan dan Okinawa. Di bawah Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Tokyo telah berusaha meningkatkan kekuatan militer, termasuk melalui perjanjian akses timbal balik dengan Australia dan Britania Raya. Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr dengan tegas mengecam tindakan China di Laut China Selatan dan memperingatkan bahwa negaranya akan mempertimbangkan kematian warga Filipina oleh tangan mereka sebagai “tindakan perang”. Manila memiliki pakta pertahanan jangka panjang dengan Australia dan AS serta sedang menjajaki perjanjian serupa dengan Prancis. Pada bulan April, pemimpin AS, Jepang, dan Filipina mengadakan pertemuan tiga pihak pertama mereka di Washington, DC sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kerjasama militer antara pihak-pihak tersebut. Pertemuan itu datang setelah latihan militer bersama di Laut China Selatan yang juga melibatkan Australia.

MEMBACA  Slowakia Telah Menetapkan Jalannya Sendiri Sejak Runtuhnya Uni Soviet