Kecelakaan, Kapal Perang Iran Sahand Mengalami Kebocoran di Bandar Abbas

loading…

Kapal perang Sahand milik Iran tenggelam sebagian di selatan Pelabuhan Bandar Abbas pada Minggu sore. Foto/The Iran International

TEHERAN – Sebuah kapal perang Iran tenggelam sebagian pada Minggu sore setelah apa yang diklaim pihak berwenang sebagai sebuah kecelakaan.

Insiden itu terjadi di selatan Pelabuhan Bandar Abbas. Selain kapal tenggelam sebagian, dua pelautnya dinyatakan hilang.

“Sahand mengalami kecelakaan dan sebagian tenggelam,” tulis kantor berita Mehr.

Media Iran lainnya, IRNA, menerbitkan laporan serupa, mengutip media yang berafiliasi dengan Kementerian Pertahanan. Menurut laporan tersebut, bagian-bagian kapal perang tenggelam dan tim sedang bekerja untuk menyeimbangkannya.

“Kecelakaan itu mungkin disebabkan oleh masalah pada tangki keseimbangan kapal atau infiltrasi air selama perbaikan,” kata Salman Zarbi, kepala Kompleks Industri Pembuatan Kapal dan Lepas Pantai Iran (Isoico), seperti dikutip The National, Senin (8/7/2024).

Sahand, kapal perang pembawa rudal, dibangun oleh produsen kapal Angkatan Laut Iran Nedaja dan diluncurkan pada tahun 2012.

Kapal ini disebut sebagai kapal perusak oleh media Iran, namun dengan berat sekitar 2.000 ton, kapal ini lebih mirip dengan kapal kelas korvet, sejenis kapal Angkatan Laut kecil.

Nama kapal ini diambil dari nama kapal lain yang ditenggelamkan oleh militer Amerika Serikat pada tahun 1988, dalam bentrokan seharian di Laut Arab. Bentrokan itu terjadi setelah penempatan ranjau laut Iran yang merusak kapal perang AS.

Karbi mengatakan kapal Sahand sekarang mungkin dipindahkan untuk diperbaiki.

Setelah peluncurannya, kapal tersebut, yang dapat membawa satu helikopter Bell, delapan rudal anti-kapal dan dua torpedo, berpatroli di perairan wilayah tersebut. Ia mengawal kapal-kapal berbendera Iran di teluk Aden dan Oman selama ketegangan meningkat dengan AS dan Israel.

MEMBACA  Mengenal 3 Persyaratan Tes Drive Mobil Sebagai Persiapan Membeli

Namun, Sahand baru melakukan pelayaran perdananya pada tahun 2019, setahun setelah berakhirnya perjanjian nuklir tahun 2015 oleh pemerintahan Donald Trump, yang mengizinkan inspeksi PBB terhadap situs-situs yang terkait dengan program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi Barat terhadap rezim tersebut.

(mas)