Kamis, 18 Januari 2024 – 14:26 WIB
Jakarta – Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu melaporkan, sepanjang tahun 2023 realisasi penyaluran alat masak listrik (AML) berupa rice cooker mencapai sebanyak 342.621 unit, atau sekitar 68,5 persen dari target APBN yang sebanyak 500.000 unit.
Baca Juga :
Memalukan, Indonesia Tempati Posisi ke-5 dengan Limbah Plastik Tertinggi di Dunia
“Di tahun 2023 kita bisa menyelesaikan hampir 70 persen, atau tepatnya 68,5 persen di angka 342.621 unit,” kata Jisman dalam konferensi pers di kantornya, Kamis, 18 Januari 2024.
Ilustrasi menanak nasi dengan rice cooker
Baca Juga :
Siswa di Bali Dihukum Nulis 1,5 Jam karena Telat 3 Menit, Arya Wedakarna: Ini Pembully-an
Dia mengatakan, dengan alokasi satu unit rice cooker untuk satu rumah tangga, sebanyak 192.890 unit atau sekitar 56,30 persennya telah berhasil disalurkan di wilayah Jawa dan Bali.
Sementara, realisasi penyaluran rice cooker untuk wilayah Sumatera tercatat mencapai 61.040 unit atau sekitar 17,82 persen, Kalimantan sebanyak 35.307 unit atau 10,30 persen, dan Sulawesi sebanyak 36.648 unit atau sekitar 10,70 persen.
Baca Juga :
Dinas Pariwisata Bali Gencar Antisipasi Kejahatan dan Gangguan Wisatawan
Kemudian, realisasi penyaluran rice cooker untuk wilayah Nusa Tenggara tercatat mencapai sebanyak 7.459 unit atau sekitar 2,18 persen, Maluku sebanyak 5.640 unit atau sekitar 1,65 persen, dan Papua sebanyak 3.637 unit atau sekitar 1,06 persen.
Mengenai alasan kenapa penyaluran rice cooker di wilayah Jawa dan Bali sangat mendominasi, hal itu tak lain adalah karena didukung oleh kesiapan sistem.
“Kenapa Jawa Bali lebih banyak? Karena ini menyangkut kesiapan kelistrikan, sehingga demand-nya pun besar. Dimana, (besar kapasitas) 1 unit (rice cooker) itu 300-350 watt,” ujar Jisman.
Dia menjelaskan, apabila penyaluran rice cooker itu akan dilakukan ke sebuah wilayah yang menjadi sasaran, maka pihaknya harus terlebih dahulu mempertimbangkan sejumlah hal dan faktor-faktor pendukungnya. Antara lain yakni soal upaya validasi dan verifikasi ke sisi penerima, maupun masukan dari PLN terkait kesiapan subsistemnya.
“Sehingga kalau kita berikan saat itu juga, nanti bersama-sama digunakan AML yang kita berikan tidak mengganggu sistem,” ujarnya.
Halaman Selanjutnya
“Kenapa Jawa Bali lebih banyak? Karena ini menyangkut kesiapan kelistrikan, sehingga demand-nya pun besar. Dimana, (besar kapasitas) 1 unit (rice cooker) itu 300-350 watt,” ujar Jisman.