Sebuah kota yang berada di pusat tambang coltan, bahan utama dalam pembuatan ponsel, telah direbut oleh pasukan pemberontak di Republik Demokratik Kongo bagian timur, demikian dikatakan juru bicara mereka.
Rubaya jatuh ke tangan pejuang M23 pada hari Selasa setelah pertempuran sengit dengan pasukan pemerintah, kata Willy Ngoma.
Pemerintah belum memberikan komentar, namun seorang aktivis masyarakat sipil mengkonfirmasi bahwa M23 telah merebut kota strategis tersebut.
Peristiwa itu terjadi pada hari Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta kepada Rwanda tetangga untuk “menghentikan dukungannya” terhadap kelompok pemberontak M23.
Macron membuat komentar tersebut setelah melakukan pertemuan dengan Presiden Kongo FĂ©lix Tshisekedi di ibukota Prancis, Paris.
Rwanda telah secara berkali-kali membantah mendukung para pemberontak, yang telah merebut banyak wilayah di timur yang kaya akan mineral selama pertempuran selama 18 bulan terakhir.
Kongo merupakan produsen terbesar kedua di dunia untuk coltan, dengan sebagian besar berasal dari tambang di sekitar Rubaya di distrik Masisi.
Coltan digunakan untuk membuat baterai kendaraan listrik dan ponsel.
Pemerintah Kongo menuduh Rwanda mendukung pemberontak untuk mencuri kekayaan mineralnya, tuduhan yang dibantah oleh pemerintah di Kigali.
Ngoma mengatakan kepada BBC bahwa M23 telah merebut Rubaya “bukan karena kekayaannya, tetapi untuk mengusir musuh kami”.
Seorang aktivis masyarakat sipil di Masisi, Voltaire Sadiki, mengatakan bahwa para pemberontak “memerintahkan warga sipil yang memiliki senjata untuk menyerahkan mereka dan melanjutkan kehidupan mereka”.
Para pemberontak, yang awalnya adalah desertir tentara Kongo, menuduh pemerintah telah meremehkan minoritas etnis Tutsi negara itu dan menolak untuk bernegosiasi dengan mereka. Mereka menganggap bukit-bukit hijau di sekitar Masisi sebagai tanah air sejati mereka.
Tshisekedi mengatakan bahwa para pemberontak merupakan depan bagi apa yang ia sebut “tujuan ekspansionis” Rwanda, yang dibantah oleh negara itu.
Lebih lanjut tentang konflik di Kongo.