Dokter dr. Achmad Fahmi SpBS(K)SubspNF FINPS IFAANS menjelaskan cara kerja tindakan Deep Brain Stimulation (DBS) di National Hospital Surabaya, Rabu (24/4/2024).
SURABAYA – Parkinson adalah penyakit sistem saraf pusat yang bersifat menahun dan progresif. Parkinson bukanlah penyakit baru, tetapi sudah dikenal sejak 207 tahun yang lalu oleh seorang dokter dari London, Inggris, bernama James Parkinson. James Parkinson menggambarkan Parkinson sebagai penyakit dengan gejala gangguan gerak. Parkinson merupakan salah satu penyakit neurodegeneratif terbanyak kedua setelah Alzheimer, dan dapat menyebabkan disabilitas serta meningkatkan risiko kematian pada penderitanya.
Parkinson ditandai dengan gejala gangguan gerak seperti kekakuan otot dan perlambatan gerak. Penderita Parkinson juga bisa mengalami tremor dan kehilangan stabilitas tubuh.
Menurut Dr. dr. Achmad Fahmi SpBS(K)SubspNF FINPS IFAANS dari National Hospital Surabaya, penyebab penyakit Parkinson belum diketahui dengan pasti. Ada empat gejala Parkinson yang mudah dikenali, yaitu Tremor (gemetar), Rigidity (kekakuan), Akinesia (kelambatan), dan Postural Inbalace (gangguan keseimbangan).
Menurut dr. Achmad Fahmi, mekanisme munculnya Parkinson disebabkan oleh kerusakan sel saraf substantia nigra yang menghasilkan zat dopamine di otak. Parkinson merupakan salah satu jenis kelainan gerak (movement disorders) yang sering ditandai dengan tremor, kekakuan, kelambatan gerak, dan gangguan keseimbangan.
Penanganan Parkinson saat ini melalui pemberian obat-obatan dan tindakan operasi Deep Brain Stimulation (DBS) dan Stereotaktik Brain Lesion (SBL). National Hospital telah melakukan tindakan operasi DBS selama 10 tahun. Pada tahun 2014, National Hospital sebagai rumah sakit pertama di Indonesia yang melakukan tindakan pemasangan DBS di Indonesia, atas inisiasi dr. Achmad Fahmi SpBS(K)FINPS FAANS.
Pasien pertama yang diimplan dengan neurostimulator non-rechargeable ACTIVA PC menunjukkan hasil yang memuaskan, menunjukkan efektivitas dan keamanan teknologi tersebut dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.