Menteri Meluncurkan 500.000 Hektar Lahan Pertanian di Papua Selatan

Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan pemerintah provinsi Papua Selatan meluncurkan 500 ribu hektar sawah di wilayah tersebut untuk meningkatkan produksi pertanian, baik secara regional maupun nasional. “Kami pernah meluncurkan 10 ribu hektar sawah dan sekarang, produksinya mencapai enam ton per hektar, sehingga ini merupakan keberhasilan,” ungkap Sulaiman saat melakukan kunjungan kerja ke kabupaten Merauke pada hari Selasa.

Menurutnya, lahan pertanian baru yang diluncurkan sebanyak 500 ribu hektar merupakan bagian dari target satu juta hektar. “Kami ingin menjadikannya sebagai lumbung masa depan,” ujarnya.

Selama kunjungan, ia meluncurkan lahan pertanian baru yang dikembangkan dari lahan yang belum dimanfaatkan di Papua Selatan. Kegiatan ini dilakukan pada hari pertama kerja setelah libur panjang Idul Fitri. Ia meminta pemerintah daerah dan petani untuk memanfaatkan lahan pertanian tersebut. “Lahan yang ada ini sudah siap dan sangat baik, serta potensinya luar biasa,” katanya.

Potensi pertanian di Papua Selatan sangat besar dalam memenuhi kebutuhan domestik di Indonesia bagian timur, tambahnya. Sulaiman menyampaikan bahwa saat ini hampir semua negara di dunia mengalami musim El Nino yang panjang, yang telah menyebabkan penurunan produksi pangan. “Di sini potensinya luar biasa dan airnya melimpah. Sekarang, kita jadikan ini sebagai kekuatan kita untuk panen,” ujarnya.

Sementara itu, Bupati Merauke Romanus Mbaraka mengatakan bahwa kabupaten tersebut dikenal sebagai gerbang perdagangan dan transportasi di Indonesia Timur, Pasifik, dan sub-regional Melanesia. Merauke di Papua Selatan sendiri memiliki potensi lahan pertanian seluas 1,2 juta hektar. “Provinsi Papua Selatan terdiri dari empat kabupaten, 74 kecamatan, 13 kelurahan, dan 674 desa. Merauke, dengan luas total 127.280,69 kilometer persegi dan memiliki populasi sebanyak 243.722,” tambah Mbaraka.

MEMBACA  Menteri mencari dukungan masyarakat untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa global