Harga minyak mentah telah mengalami volatilitas pada bulan April di tengah meningkatnya risiko geopolitik. Ketakutan akan konflik meluas di Timur Tengah telah membuat beberapa pengamat pasar memprediksi harga minyak bisa melonjak hingga $100 per barel dan bahkan lebih. Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan misil ke target militer di Israel pada Sabtu, menandai serangan langsung pertama dari wilayah Iran ke negara Yahudi tersebut. Meskipun pasar minyak tetap relatif tenang selama serangan udara terbaru, sebuah balasan signifikan dari Israel dapat memicu reli harga minyak, menurut Bartosz Sawicki, analis pasar di Conotoxia. Iran memiliki sumber daya minyak yang luas dan menempati peringkat ketiga sebagai produsen terbesar di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak. Gangguan apa pun dalam kemampuannya untuk memasok pasar global dapat membuat harga minyak naik, kata para analis kepada CNBC. “Setiap serangan terhadap fasilitas produksi atau ekspor minyak di Iran akan mendorong harga minyak Brent mencapai $100, dan penutupan Selat Hormuz akan mengarah pada harga di kisaran $120 hingga $130,” kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates. CNBC Pro menyaring saham-saham di Indeks Energi Dunia MSCI yang sangat berkorelasi atau berlawanan arah dengan harga minyak mentah Brent internasional selama seminggu terakhir, sebulan, dan setahun. Saham-saham minyak dan gas yang menunjukkan korelasi negatif dengan harga minyak mentah akan memungkinkan investor untuk bertahan menghadapi volatilitas sambil tetap berinvestasi di sektor tersebut. Dalam tabel-tabel di bawah ini, korelasi 1 akan berarti bahwa saat harga minyak bergerak, baik naik atau turun, harga saham juga bergerak sejalan, ke arah yang sama. Sebaliknya, korelasi negatif 1 akan berarti bahwa harga bergerak dengan sempurna berlawanan arah. Korelasi 0 akan berarti tidak ada hubungan antara harga minyak mentah dan harga saham. —Kontributor CNBC Lee Ying Shan dan Jenni Reid.