Jakarta (ANTARA) – Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mencatat bahwa distribusi tenaga medis yang merata di seluruh negara diperlukan untuk memastikan akses kesehatan yang adil bagi semua orang.
Tarmizi menyatakan bahwa tema Hari Kesehatan Dunia 2024 adalah “Kesehatanku, Hakku,” yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas layanan kesehatan, gizi, dan pendidikan tanpa diskriminasi.
Menurutnya, untuk mencapai tujuan tersebut, akses kesehatan harus dibuat menyeluruh, seperti dengan memastikan distribusi tenaga medis yang merata. Namun, tambahnya, rasio tenaga kesehatan terhadap total populasi di Indonesia saat ini masih tidak seimbang.
“Jika kita melihatnya, rasio dokter kita terhadap penduduk hanya 0,47 per seribu, sedangkan secara global, itu adalah 1,76 per seribu,” ujarnya ketika dihubungi di sini pada hari Minggu.
Dengan demikian, katanya, beberapa upaya dilakukan, seperti memberikan 3000 beasiswa dan fellowship untuk tenaga kesehatan dan medis. Dia mengatakan bahwa beasiswa tersebut dimaksudkan untuk mendorong para dokter untuk mengambil spesialisasi.
Dia menyebutkan bahwa saat ini, 30 dari 38 provinsi di Indonesia masih membutuhkan lebih banyak spesialis.
Selain itu, tambahnya, kementerian juga mengejar pendidikan berbasis rumah sakit untuk melatih lebih banyak tenaga medis dan kesehatan guna mendorong distribusi tenaga kesehatan yang lebih baik.
“Kami berharap lebih banyak rumah sakit menawarkan program pendidikan semacam itu. Bukan hanya rumah sakit yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan, tetapi juga rumah sakit milik negara, rumah sakit swasta, dan rumah sakit daerah,” Tarmizi mencatat.
Upaya lain mencakup menyederhanakan proses pendaftaran izin praktek medis serta memfasilitasi tenaga medis yang pergi ke luar negeri untuk kembali ke Indonesia, beradaptasi kembali dengan tanah air mereka, dan bekerja.
Dia juga menyebutkan bahwa distribusi sumber daya manusia harus berjalan seiring dengan peningkatan fasilitas. Oleh karena itu, katanya, kementerian mengejar upaya untuk melakukan yang terakhir, seperti dengan mendistribusikan alat antropometri dan alat ultrasound ke puskesmas.
Tarmizi mencatat bahwa ultrasound didistribusikan untuk memungkinkan deteksi dini guna mengatasi masalah seperti kematian ibu dan bayi di tingkat pelayanan kesehatan primer.
Berita terkait: Kementerian meminta peningkatan layanan kesehatan primer di daerah
Berita terkait: Rekam Medis Elektronik mendukung akses mudah ke data kesehatan: menteri
Berita terkait: BPJS Kesehatan menggunakan teknologi digital untuk mempermudah akses layanan kesehatan
Reporter: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Azis Kurmala
Hak cipta © ANTARA 2024