Pengendalian cuaca akan dilakukan untuk mencegah kekeringan ekstrem yang berpotensi memicu kebakaran hutan di beberapa daerah, demikian diutarakan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Hadi Tjahjanto. Jakarta (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Hadi Tjahjanto, telah meminta Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Mohamad Tonny Harjono, untuk menyiapkan peralatan pertahanan yang diperlukan untuk melaksanakan modifikasi cuaca.
“Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Timur akan terus mengalami musim kemarau yang diikuti oleh La Nina hingga bulan September. La Nina belum selesai, sehingga Angkatan Udara perlu segera menyiapkan peralatan pertahanan untuk modifikasi cuaca,” ujar menteri tersebut di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma di sini pada hari Jumat.
Beliau menjelaskan bahwa peralatan pertahanan yang akan dikerahkan adalah pesawat yang dimiliki oleh Angkatan Udara yang telah dimodifikasi dengan perangkat pengendalian cuaca.
Pengendalian cuaca akan dilakukan untuk mencegah kekeringan ekstrem yang berpotensi memicu kebakaran hutan di beberapa daerah, lanjut menteri tersebut.
Beliau menambahkan bahwa hal tersebut juga dapat mengurangi curah hujan yang terlalu deras.
Namun, beliau tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai alat-alat dan jumlah pesawat yang akan dikerahkan untuk memodifikasi cuaca.
Beliau berharap upaya tersebut dapat secara langsung meminimalkan dampak bencana alam akibat dinamika cuaca.
Pengendalian cuaca melibatkan penyebaran garam dalam jumlah besar di udara.
Angkatan Udara Indonesia juga menerapkan teknologi ini pada awal tahun 2023. Saat itu, digunakan pesawat CN-295 dari Pos Teknologi Modifikasi Cuaca di Pangkalan Udara Adisoemarmo, Solo, Jawa Tengah, untuk menyebar 13.530 kilogram garam.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Bambang Soesatyo, meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk siap memberikan bantuan kepada provinsi Nusa Tenggara Timur.
Daerah tersebut berpotensi mengalami gelombang setinggi lima meter hingga 8 April 2024, seperti yang diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Berita terkait: BNPB modifikasi cuaca untuk mempermudah evakuasi korban longsor
Berita terkait: BMKG peringatkan potensi hujan petir di sebagian besar wilayah Indonesia
Penerjemah: Walda M, Kenzu
Editor: Arie Novarina
Hak cipta © ANTARA 2024