Ribuan Rakyat Berduka, Bangladesh Lepas Mantan Pemimpin Terakhirnya

Ribuan massa telah berkumpul di ibu kota Bangladesh, Dhaka, untuk menghadiri pemakaman kenegaraan mantan Perdana Menteri Khaleda Zia. Para pelayat berdatangan dari seluruh penjuru negeri untuk mengucapkan selamat tinggal kepada pemimpin politik yang sangat dihormati itu.

Rekaman video memperlihatkan kerumunan besar bergerak menuju gedung parlemen nasional di Jalan Manik Mia, tempat peti jenazahnya yang diselimuti bendera nasional diarak dalam sebuah konvoi pada hari Rabu. Sekitar 10.000 personel keamanan dikerahkan di sepanjang jalan untuk menjaga ketertiban, menurut para pejabat.

Jenazah Zia kemudian dimakamkan di samping almarhum suaminya, Ziaur Rahman, yang tewas dibunuh pada tahun 1981 saat masih menjabat sebagai presiden. Para pemimpin dan pejabat militer meletakkan karangan bunga saat prosesi penguburan berlangsung.

Zia, wanita pertama yang menjabat sebagai perdana menteri di negara Asia Selatan itu sejak tahun 1991, meninggal dunia pada hari Selasa dalam usia 79 tahun setelah lama menderita sakit.

Bangladesh telah menetapkan masa berkabung kenegaraan selama tiga hari, sementara penghormatan mengalir dari para pemimpin dunia untuk politisi yang dianggap sebagai simbol pergerakan demokrasi negara tersebut.

‘Seluruh Bangsa Berduka’

Melaporkan dari luar parlemen di Dhaka, Tanvir Chowdhury dari Al Jazeera menyatakan emosi tengah meluap di antara kerumunan besar yang berkumpul untuk pemakaman kenegaraan tersebut.

“Banyak orang menangis,” ujarnya.

“Mereka datang dari seluruh negeri untuk berkumpul di sini. Mereka berkata mereka harus datang… untuk menunjukkan bahwa kepergiannya akan dirindukan.”

Para pelayat menyebutnya sebagai “pemimpin besar untuk negara ini” yang telah “menunjukkan jalan menuju demokrasi”, tambahnya.

“Seluruh bangsa sedang berduka,” simpulnya.

Salah seorang pelayat, Sharmina Siraj, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Zia adalah “sebuah inspirasi”, dan bahwa “sulit membayangkan perempuan dalam posisi kepemimpinan dalam waktu dekat”.

MEMBACA  Perdana Menteri Spanyol Sánchez merayakan kemenangan Partai Sosialis di Catalonia

Siraj, seorang ibu dua anak berusia 40 tahun, menyatakan bahwa tunjangan pendidikan untuk anak perempuan yang diperkenalkan oleh Zia “memberikan dampak besar bagi kehidupan anak-anak perempuan kami”.

Menyaksikan dari balik pagar kawat berduri saat jenazah Zia lewat, pensiunan pejabat pemerintah Minhaz Uddin mengatakan kepada AFP bahwa meski ia tak pernah memilihnya, ia datang untuk menghormati mantan pemimpin itu.

“Saya datang dengan cucu saya, hanya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada seorang politisi senior yang kontribusinya akan selalu dikenang,” katanya.

‘Sebuah Pemandu’

Putra Zia, Tarique Rahman, yang kembali ke Bangladesh pada hari Kamis setelah 17 tahun menjalani pengasingan diri di Inggris, menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa negara itu berduka “atas kehilangan seorang pemandu yang membentuk aspirasi demokrasinya”.

Ibunya, katanya, telah “menghadapi penangkapan berulang, penolakan perawatan medis, dan penganiayaan tanpa henti”, namun “ketahanannya… tak tergoyahkan”.

Rahman, yang menjabat sebagai Ketua Partai Nasionalis Bangladesh pimpinan Khaleda, “kemungkinan akan menjadi perdana menteri berikutnya” jika partainya memenangkan pemilihan bulan Februari nanti, ujar Chowdhury.

Pemerintah India menyatakan bahwa Menteri Luar Negeri Subrahmanyam Jaishankar menghadiri pemakaman tersebut, dalam kunjungan pejabat India tingkat tertinggi ke Bangladesh sejak digulingkannya mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina, rival politik besar Zia.

Dia menyatakan telah bertemu dengan Rahman dan menyampaikan “belasungkawa terdalam” India.

Hasina, 78 tahun, telah tinggal di pengasingan di India sejak digulingkan akibat protes massa tahun lalu, dan dihukum mati in absentia oleh pengadilan khusus di Dhaka pada bulan November atas kejahatan kemanusiaan selama tindakan keras mematikan yang diperintahkannya hingga menewaskan ratusan pengunjuk rasa.

Dalam pernyataan yang dibagikan di media sosial oleh partai Liga Awaminya yang kini dilarang, Hasina mengatakan ia mendoakan “kedamaian abadi dan ampunan bagi jiwa Begum Khaleda Zia”.

MEMBACA  Mantan Wakil Presiden Indonesia Kalla berangkat ke pemakaman pemimpin Hamas Haniyeh

Zia dipenjara atas tuduhan korupsi pada tahun 2018 di bawah pemerintahan Hasina, yang juga menghalanginya untuk berobat ke luar negeri.

Zia dibebaskan pada tahun 2024, tak lama setelah Hasina digulingkan.

Tinggalkan komentar