Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan kesiapan provinsi itu untuk mencapai swasembada gula nasional dengan mempercepat hilirisasi perkebunan tebu.
Dalam pernyataan yang diterima di Surabaya pada Rabu, Khofifah mengatakan bahwa semua bupati se-Jawa Timur telah memetakan area lahan potensial untuk perluasan. Dia menekankan bahwa sinergi antarwilayah menjadi kunci bagi perluasan lahan dan percepatan investasi perkebunan.
Disepakati bahwa Jawa Timur akan menanam tebu di 70.000 hektar dari total target nasional 100.000 hektar.
"Luas Tambah Tanam (LTT) padi Jawa Timur adalah yang tertinggi, yaitu 1,8 juta hektar. Karena swasembada beras sudah tercapai, angka ini tidak boleh turun di tahun 2026. Oleh karena itu, alokasi seperti ini harus dipetakan dengan hati-hati," ujarnya.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman telah menetapkan batas waktu 90 hari untuk pembersihan ratoon—proses mengganti tebu yang telah dipanen dengan tunas baru—di semua kabupaten dan kota di Jawa Timur.
Untuk mendukung hal ini, Khofifah membentuk pusat koordinasi di Gedung Negara Grahadi untuk mempercepat pelaksanaan program.
Selain sektor gula, Jawa Timur juga akan menjadi provinsi pertama yang membentuk produksi Grand Parent Stock (GPS) milik negara. Ini melibatkan generasi pertama induk unggas yang digunakan untuk menghasilkan Final Stock (FS) atau bibit Day-Old Chick (DOC) untuk produksi komersial.
“Kami juga sedang berdiskusi dan berkoordinasi dengan beberapa bupati mengenai Program Susu Nasional (PSN) untuk memastikan kami dapat memperoleh sapi dara bunting. Program-program ini selaras dengan budaya peternakan di Jawa Timur,” tambahnya.
Khofifah berharap sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi regional sekaligus meningkatkan kesejahteraan pemilik perkebunan, peternak, dan petani di provinsi tersebut.
Berita terkait:
- Menteri dorong perluasan 70.000 hektar tebu di Jawa Timur
- Pemerintah pastikan kecukupan gula jelang akhir tahun, potensi surplus
Penerjemah: Willi Irawan, Cindy Frishanti Octavia
Editor: Arie Novarina
Hak Cipta © ANTARA 2025