Pejabat Palestina mengutuk aksi tersebut sebagai bagian dari ‘kebijakan sistematis pengusiran’ di wilayah pendudukan.
Pasukan Israel telah menyerbu sejumlah kota di Tepi Barat yang diduduki dan meruntuhkan sebuah gedung tempat tinggal.
Para serdadu menembakkan granat setrum dan gas air mata pada Senin (12/8) saat mereka melaksanakan pembongkaran di Yerusalem Timur. Pejabat Palestina menuduh Israel menjalankan kampanye pengusiran di kota tersebut, menyebut operasi ini sebagai bagian dari upaya sistematis untuk membersihkan etnis Palestina dari tanah mereka.
Rekomendasi Cerita
Ratusan warga Palestina terusir saat buldoser-buldoser Israel meratakan sebuah bangunan tempat tinggal empat lantai. Para aktivis menyebutnya sebagai pembongkaran terbesar sejenis di area tersebut tahun ini.
Menurut koresponden Al Jazeera Arabic, tiga buldoser menghancurkan bangunan berisi 13 apartemen di lingkungan Wadi Qaddum, distrik Silwan, selatan Kota Tua Yerusalem.
Pasukan Israel menutup jalan-jalan di sekitarnya, dikerahkan dalam jumlah besar di seluruh area, dan menempatkan personel keamanan di atap rumah-rumah tetangga. Selama operasi, seorang pemuda dan seorang remaja laki-laki ditangkap.
Para penghuni diberi tahu bahwa perintah pembongkaran dikeluarkan karena bangunan tersebut didirikan tanpa izin.
Menurut para aktivis, warga Palestina menghadapi kendala berat dalam memperoleh izin bangunan akibat kebijakan perencanaan Israel yang restriktif—suatu kebijakan yang mereka tegaskan sebagai bagian dari upaya sistematis untuk membersihkan etnis Palestina dari tanah mereka.
Kabinet keamanan Israel baru-baru ini menyetujui pengakuan terhadap 19 permukiman baru di Tepi Barat, memperluas total jumlah yang disetujui tahun ini menjadi 69, seiring pemerintah terus mendorong pembangunan permukiman.
‘Kebijakan Sistematis Pengusiran’
Kegubernuran Yerusalem, yang berafiliasi dengan Otoritas Palestina, mengutuk pembongkaran tersebut.
“Penghancuran bangunan ini merupakan bagian dari kebijakan sistematis yang bertujuan untuk mengusir paksa penduduk Palestina dan mengosongkan kota dari penghuni aslinya,” demikian pernyataan kegubernuran.
“Setiap pembongkaran yang mengusir warga dari rumah mereka merupakan rencana okupasi yang jelas untuk mengganti pemilik tanah dengan para pemukim.”
Kotamadya Yerusalem, sebuah otoritas Israel yang yurisdiksinya atas Yerusalem Timur tidak diakui menurut hukum internasional, menyatakan pembongkaran tersebut didasarkan pada perintah pengadilan tahun 2014.
Kelompok HAM Israel, Ir Amim dan Bimkom, menyatakan pembongkaran dilakukan tanpa peringatan meski ada pertemuan terjadwal pada Senin untuk membahas langkah-langkah melegalisasi bangunan.
“Ini adalah bagian dari kebijakan yang berkelanjutan. Tahun ini saja, sekitar 100 keluarga Yerusalem Timur kehilangan rumah mereka,” kata kedua kelompok tersebut, menyebut pembongkaran hari Senin sebagai yang terbesar sepanjang 2025.
Serangan yang Meningkat
Di tempat lain di Tepi Barat, pasukan Israel merusak lahan pertanian dan mencabuti pohon-pohon di kota utara Silat al-Harithiya.
Di kota Halhul, utara Hebron, pasukan Israel menyerbu beberapa lingkungan dengan sejumlah besar kendaraan militer, mengerahkan tim penembak jitu dan mengambil posisi di seluruh kota.
Jurnalis Al Jazeera Arabic melaporkan bahwa kendaraan-kendaraan Israel memasuki Halhul melalui beberapa pos pemeriksaan, termasuk Nabi Yunis, sambil menutup pos pemeriksaan Jembatan Halhul yang menghubungkan kota tersebut dengan Hebron.
Sejak Israel melancarkan perang di Gaza pada Oktober 2023, pasukan dan pemukim Israel juga secara tajam meningkatkan serangan di seluruh Tepi Barat.
Menurut data Palestina, lebih dari 1.102 warga Palestina telah tewas di wilayah tersebut, sekitar 11.000 terluka, dan lebih dari 21.000 ditangkap.