Thailand Desak Kamboja Umumkan Gencatan Senjata Lebih Dulu, Ini Alasannya

Rabu, 17 Desember 2025 – 13:22 WIB

Bangkok, VIVA – Thailand mendesak Kamboja sebagai pihak pertama yang mengumumkan gencatan senjata untuk menghentikan bentrokan mematikan di perbatasan kedua negara. Bentrokan ini telah menewaskan sedikitnya 52 orang dari kedua belah pihak.

Baca Juga:
Bentrok Senjata Kamboja-Thailand Buat Ribuan Sekolah Tutup

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Maratee Nalita Andamo, mengatakan setiap gencatan senjata harus memenuhi persyaratan tertentu dan dapat dipercaya, menurut laporan Thai PBS.

"Merupakan kewajiban Kamboja untuk memulai gencatan senjata karena merekalah yang melanggar wilayah Thailand," katanya, dikutip Rabu, 17 Desember 2025.

Baca Juga:
Viral! Wanita Kamboja Memohon Indonesia Turun Tangan Akhiri Konflik dengan Thailand

Thailand juga meminta Kamboja untuk bekerja sama membersihkan ranjau di perbatasan sebagai syarat menghentikan pertempuran. Thailand menuduh Kamboja telah menanam ranjau darat baru di sepanjang perbatasan, namun tuduhan ini dibantah oleh Kamboja.

Kamboja, pada Senin, mendesak Konvensi Senjata Munisi Curah (CCM) untuk mengecam "penggunaan munisi curah oleh Thailand di wilayah sipil dan menegakkan hukum humaniter internasional," menurut pernyataan Kementerian Informasi Kamboja pada Selasa.

Baca Juga:
Thailand Berlakukan Darurat Militer dan Jam Malam Imbas Bentrokan dengan Kamboja

Meskipun Thailand bukan anggota konvensi tersebut, Kamboja menyerukan kepada presiden CCM dan anggotanya untuk mengecam penggunaan munisi curah di wilayah sipil serta menyoroti dampak kemanusiaannya.

Harian Thailand, Khaosod, melaporkan dua tentara Thailand tewas pada Selasa malam, sehingga total tentara Thailand yang gugur dalam konflik ini mencapai 19 orang. Selain itu, 16 warga sipil Thailand juga tewas.

Di sisi lain, Kementerian Dalam Negeri Kamboja melaporkan 17 warga sipilnya tewas dan 77 lainnya terluka, menurut kantor berita resmi Agence Kampuchea Presse.

MEMBACA  10 Tips Menjaga Software HP agar Tetap Optimal dan Tidak Lambat

Secara terpisah, jam malam di Provinsi Trat, Thailand, telah dicabut setelah situasi berhasil dikendalikan, kata juru bicara asisten Angkatan Laut Kerajaan Thailand, Napassakorn Tipso, seperti dikutip The Nation.

Bentrokan terus berlanjut meskipun Presiden AS Donald Trump pada Jumat (12/12) mengatakan para pemimpin Thailand dan Kamboja telah sepakat untuk menghentikan pertempuran yang kembali pecah.

Pada Oktober lalu, pemimpin kedua negara menandatangani perjanjian damai di Kuala Lumpur di hadapan Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Namun, perjanjian itu ditangguhkan setelah tentara Thailand terluka parah akibat ledakan ranjau darat.

Halaman Selanjutnya
Thailand mengatakan sekitar 18 tentara Kamboja masih berada dalam tahanan Thailand terkait berbagai insiden dalam lima bulan terakhir.

Tinggalkan komentar