Dalam sebuah rundengan animasi Hollywood Reporter baru-baru ini, sutradara KPop Demon Hunters Maggie Kang dan ko-sutradara Elio Domee Shi (Turning Red) membahas upaya mendorong representasi di saat studio-studio terkesan bermain aman dengan sekuel. Sebuah pencapaian tersendiri ketika kisah orisinal seperti KPop Demon Hunters meraih kesuksesan besar. Namun, kisah orisinal juga bisa salah kelola di balik layar, yang turut berkontribusi pada hasil box office yang kurang menggembirakan, seperti yang tampaknya terjadi pada Elio.
Shi sangat jujur dalam membahas peluncuran Elio. “Berdasarkan pengalaman saya membuat film, memproduksi film animasi itu sulit dan berisiko secara finansial, terlepas dari apakah itu karya orisinal atau sekuel. Sekuel pun tidak menjamin kesuksesan,” ujarnya, dengan konteks tambahan bahwa ia baru saja meraih kesuksesan tak terduga dengan Turning Red di era pandemi.
“Saya rasa, setidaknya di Pixar, kami selalu berupaya mencari cara untuk terus menceritakan kisah unik dan orisinal yang bisa dinikmati dan dicintai semua orang. Namun memang sulit… Elio dirilis musim panas ini dan, terus terang, tersungkur di box office.”
© Pixar
Shi lalu melanjutkan dengan pendapat bahwa Pixar menyadari, terlepas dari angka-angka tadi, karakter-karakter dalam film itu justru mendapat banyak apresiasi dari komunitas penggemar animasi. “Tapi orang-orang yang sudah menontonnya sangat menyukainya. Ini memang tantangan besar,” katanya. “Bagaimana caranya mendorong film-film orisinal untuk teater menembus semua kebisingan, melalui semua media dan konten yang terus dirilis?”
Shi juga memberikan penghargaan kepada Kang atas kesuksesan KPop Demon Hunters, yang digambarkannya sebagai “sebuah mercusuar harapan dan cahaya untuk film-film orisinal,” dan menambahkan, “Saya harap dengan kesuksesan film seperti KPop, studio-studio besar akan lebih berani mengambil risiko kreatif.”
Kang mengungkap proses yang sama sekali tidak instan di balik KPop Demon Hunters, meski film itu terkesan seperti sensasi dadakan saat dirilis di Netflix. Ia bercerita tentang perjalanan bertahun-tahun untuk mewujudkannya di Sony Animation, “Saat pertama kali mempresentasikan ide film, Anda langsung berdiskusi dengan pemasaran. Jadi divisi pemasaran terlibat dan punya pengaruh sangat besar terhadap jenis film apa yang diproduksi di sebuah studio. Saya yakin, unsur K-pop dalam film kamilah yang membuatnya disetujui.”
Dengan K-pop sebagai pionir, kreativitas orisinal pun mengikuti. “Saya langsung berpikir, ‘Saya akan ambil ide K-pop ini dan jadikan film Korea paling personal yang bisa saya buat sebagai kreator Korea,’ demi melihat representasi Korea di layar,” ujarnya. “Sebagai orang Korea, dan dari tanggapan orang Korea lain—kami belum pernah melihat representasi seperti itu, budaya kami, para perempuan dengan pakaian berbeda, seperti hanbok. Belum pernah sama sekali, dan orang tua saya menangis pertama kali melihatnya.”
Namun, Kang tetap realistis tentang formula yang dianggap sukses. “Saya tumbuh dalam industri animasi studio besar. Sebagian besar karier saya dihabiskan di DreamWorks, dan kami selalu berpikir ‘apa yang bisa kita jual?’. Animasi di level studio besar itu sangat mahal produksinya, jadi risikonya harus ditekan,” jelasnya. “‘Ide seperti apa yang akan menarik perhatian paling banyak ke produk ini? Ke film ini?’ Jadi, begitulah kira-kira pola pikir saya. Saya selalu mencari cara menghubungkan daya jual sebuah ide dengan sesuatu yang sangat personal, lalu menemukan dan membuat cerita di dalamnya—dengan perjalanan karakter yang universal dan mudah dihubungkan oleh siapa pun.”
Tonton sessi rundengan animasi selengkapnya di bawah ini:
Ingin berita io9 lainnya? Cek jadwal rilis terbaru untuk Marvel, Star Wars, dan Star Trek, serta rencana masa depan DC Universe di film dan TV, dan segala hal tentang masa depan Doctor Who.