Kalau ada yang paham betul pentingnya pemasaran viral, itu adalah sutradara *Wicked: For Good*, Jon M. Chu.
Dalam acara WIRED’s Big Interview di San Francisco, mantan YouTuber dan sutradara Crazy Rich Asians itu menyebut bahwa pengalamannya bekerja dengan figur seperti Justin Bieber mengajarkannya nilai menjalin hubungan dengan penggemar secara *online* selama proses kreatif. Saat menyutradarai film konser Bieber, *Never Say Never*, di akhir tahun 2000-an, Chu bercerita bagaimana bintang berusia 14 tahun itu kala itu menggunakan Twitter untuk memperkenalkannya pada para fans. Setelah Bieber memposting klip bercanda bahwa sang sutradara terus mengikutinya di lokasi syuting, Chu mengatakan kepada Manisha Krishnan, editor budaya senior WIRED, bahwa ia menyaksikan pengikut *online*-nya bertambah puluhan ribu orang hampir seketika. Hal itu benar-benar menegaskan kekuatan koneksi langsung dengan basis penggemar.
Bekerja dengan Bieber, ujar Chu, menyadarkannya bahwa “cerita sudah diceritakan bahkan sebelum syuting dimulai, dan setelah film selesai, kamu harus melanjutkan cerita itu.” Itulah mengapa ia yakin para penggemar merasa sangat terlibat dengan *Wicked*—dan sekuelnya, *Wicked: For Good*—serta alasan kampanye pemasaran dan tur pers film begitu mengandalkan hubungan yang dibangun para pemain selama pembuatan film.
Ikatan, seperti antara bintang Ariana Grande dan Cynthia Erivo, lahir dari tekanan besar yang dirasakan kru untuk menciptakan sesuatu yang bukan hanya hebat tapi juga menjanjikan secara komersial. “Kami hanya punya satu sama lain, jadi ikatan kami sangat, sangat kuat,” kata Chu, menyamakannya dengan hubungan para pengembang di Silicon Valley yang bekerja berjam-jam bersama untuk meluncurkan produk baru.
Foto: Annie Noelker
Foto: Annie Noelker
Asli daerah Bay Area, Chu mengaku selalu merasa sebagian berhutang budi pada dunia teknologi atas awal kariernya di hiburan. Pada era 90-an, ketika Chu masih remaja, pelanggan berpikiran teknologis di restoran China orang tuanya sering memberikannya komputer, kartu video, dan *software* saat mendengar ketertarikannya pada pembuatan film. Ini memberinya keunggulan dibanding rekan-rekannya saat kuliah di University of Southern California. “Saya dibentuk oleh kedermawanan tempat ini, dan saya merasa tanggung jawab yang besar saat kembali,” ujar Chu.
Sutradara itu juga menyatakan bahwa karena hubungannya yang lama dengan teknologi, ia cukup berpikiran terbuka mengenai interaksi antara AI dan perfilman. Chu “terpesona” oleh potensi AI dalam pengumpulan dan pengorganisasian informasi, dan ia telah berupaya mempelajari penggunaannya dalam proses kerjanya karena ingin memahami potensinya.
Di sisi lain, Chu mengatakan, saat membuat *Wicked* ia merasa ada nilai dalam memiliki set fisik dan kemampuan untuk berimprovisasi, alih-alih harus menulis setiap bit dialog, gerakan kamera, atau penokohan secara detail di awal.