10 Fakta Nyata tentang Pasar Saham

Tulisan ini pertama kali terbit di TKer.co pada tanggal 15 Oktober 2021.

Pasar saham bisa jadi tempat yang menakutkan: pakai uang asli, ada banyak sekali informasi yang harus diikuti, dan banyak orang yang pernah kehilangan uang banyak dengan cepat.

Tapi, pasar saham juga tempat di mana investor yang baik sudah lama mengumpulkan banyak kekayaan.

Perbedaan utama antara hasil yang bagus dan yang jelek biasanya karena ada pemahaman yang salah tentang pasar saham. Ini bisa bikin orang ambil keputusan investasi yang buruk.

Nah, karena itu, saya kasih tau sepuluh fakta tentang pasar saham.¹

1. Tidak ada halangan yang tidak bisa diatasi pasar saham.
"Dalam jangka panjang, berita tentang pasar saham akan selalu baik," tulis investor legendaris Warren Buffett di The New York Times pas krisis finansial global dulu. Dia bilang, AS sudah melalui banyak hal buruk seperti perang, resesi, dan wabah flu, tapi nilai indeks Dow Jones tetap naik dari 66 jadi 11,497.

Sejak tulisan itu, pasar saham sudah pulih dari krisis itu. Ia juga atasi penurunan peringkat kredit AS dan pandemi global. Sampai sekarang, pasar saham tetap dekat sama level tertingginya.

Oh iya, secara sejarah, kamu tidak perlu nunggu 100 tahun untuk dapat untung. Dari tahun 1926, tidak pernah ada periode 20 tahun di mana pasar saham tidak memberikan return positif.

Walau saham biasanya naik dalam waktu yang lebih pendek, peluang untuk dapat untung akan semakin besar kalau jangka waktu investasi kamu lebih panjang.

2. Pasar yang naik (bull market) pasti ada pasang surutnya.
Walaupun indeks S&P 500 biasanya memberikan return tahunan yang positif, tapi dalam setahun itu juga rata-rata turun 14% dari titik tertingginya.

MEMBACA  Apakah Terlambat untuk Konversi Roth pada $750k di IRA jika Kami Berusia 64 Tahun?

Pasar turun (bear market) juga tidak enak: bisa turun cepat, seperti tahun 2020; atau turun pelan tapi sakit, seperti tahun 2007-2009.

Investasi untuk jangka panjang artinya kamu harus siap dengan naik turunnya harga di tengah jalan.

3. Return "rata-rata" itu jarang terjadi.
Kamu mungkin pernah dengar bahwa pasar saham memberikan return rata-rata 10% per tahun. Itu mungkin benar untuk jangka panjang, tapi dalam setahun tertentu, returnnya hampir tidak pernah pas 10%.

Ini menunjukkan bahwa sulit sekali memprediksi return pasar saham untuk tahun depan. Kabar baiknya, sebagian besar waktu, saham itu harganya naik.

4. Potensi naiknya saham itu tidak terbatas.
Sebuah saham hanya bisa turun sampai 100%, tapi tidak ada batas untuk berapa kali nilainya bisa naik.

Memang, kita lihat banyak penurunan di pasar saham. Tapi kenaikannya jauh lebih besar. Sejak titik terendahnya di Maret 2009, indeks S&P 500 sudah naik lebih dari 6 kali lipat.

5. Harga saham digerakkan oleh laba perusahaan.
Perubahan harga saham untuk jangka panjang pada akhirnya ditentukan oleh laba perusahaan, ekspektasi terhadap laba tersebut, dan ketidakpastian tentang ekspektasi itu.

Berita tentang ekonomi atau kebijakan akan menggerakkan pasar sejauh itu diperkirakan mempengaruhi laba perusahaan. Laba (atau keuntungan) adalah alasan kenapa kamu investasi di perusahaan.

6. Metode penilaian (valuasi) tidak bisa prediksi harga jangka pendek.
Ada banyak cara untuk menilai apakah sebuah saham atau pasar itu murah atau mahal. Cara-cara ini mungkin bisa kasih tau sesuatu tentang return jangka panjang, tapi kebanyakan hampir tidak bisa kasih tau arah harga untuk 12 bulan ke depan.

Harga bisa tetap mahal atau murah untuk waktu yang lama.

MEMBACA  Inggris untuk mengatur pemberi pinjaman 'beli sekarang, bayar nanti' dalam revisi hukum

7. Selalu akan ada risiko.
Investasi di saham itu berisiko, makanya returnnya relatif tinggi. Bahkan dalam kondisi pasar yang bagus, selalu akan ada sesuatu yang bikin orang yang takut risiko jadi tidak berani investasi.

8. Risiko terbesar adalah yang tidak dibicarakan orang.
Survei terhadap pelaku pasar biasanya akan menghasilkan daftar risiko teratas. Ironisnya, risiko yang paling sering disebut adalah yang sudah diperhitungkan harganya oleh pasar.

Justru risiko yang tidak ada yang bicarakan atau yang dianggap sepele, itulah yang akan mengguncang pasar ketika muncul.

9. Perusahaan di indeks S&P 500 selalu berganti.
Sama seperti bisnis pada umumnya, kebanyakan saham tidak selamanya ada di dalam indeks pasar. Indeks S&P 500 mengalami banyak pergantian: perusahaan yang gagal dikeluarkan, perusahaan baru yang menjanjikan ditambahkan.

Justru penambahan perusahaan baru dan tak terduga inilah yang banyak mendorong return S&P 500 dalam dekade terakhir.

10. Pasar saham bukanlah ekonomi.
Walau kinerja pasar saham AS terkait erat dengan kondisi ekonomi AS, mereka bukan hal yang sama.

Ekonomi mencerminkan semua kegiatan bisnis di AS, sedangkan pasar mencerminkan kinerja perusahaan-perusahaan terbesar. Perusahaan besar ini punya akses ke pembiayaan yang lebih murah dan bisa beli barang serta tenaga kerja dengan harga lebih murah.

Yang penting, banyak perusahaan besar ini juga melakukan bisnis di luar negeri, di mana prospek pertumbuhannya mungkin lebih baik daripada di AS.

Kesimpulan: Biasanya, pasar saham lebih sering naik.
Bisa saja kita di ambang pasar bearish yang buruk dan berlangsung lama. Siapa yang tau?

Tapi, pasar saham punya kecenderungan untuk naik. Ini masuk akal kalau dipikir: lebih banyak orang yang ingin keadaan jadi lebih baik, bukan lebih buruk. Keinginan ini mendorong pengusaha dan bisnis untuk menciptakan barang dan jasa yang lebih baik.

MEMBACA  Ekonom Top Ungkap 'Musim Panik' di Pasar dan Kesalahanmu yang Liburan Musim Panas. Salahkan Mentalitas 'Waktu Panen'

Pemenang dalam proses ini akan semakin besar seiring pertumbuhan pendapatan mereka. Pendapatan yang tumbuh biasanya diikuti laba yang juga tumbuh. Dan laba itu yang menggerakkan harga saham.

¹ "Pasar saham" adalah istilah umum yang biasanya merujuk ke indeks utama AS: Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq. Saat saya bilang "saham", biasanya yang saya maksud adalah S&P 500.