Ribuan Orang Kehilangan Tempat Tinggal Akibat Kebakaran di Permukiman Kumuh Dhaka

Sekitar 60.000 keluarga, banyak diantaranya merupakan pengungsi iklim, menetap di kawasan yang luasnya melebihi 65 hektar (160 acre).

Terbit Pada 27 Nov 202527 Nov 2025

Klik di sini untuk membagikan di media sosial

bagikan2

Sebuah kebakaran di kawasan padat penduduk dan miskin di ibu kota Bangladesh, Dhaka, telah membakar atau merusak 1.500 gubuk, sehingga menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal, menurut pihak berwenang.

Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan hingga hari Rabu, sehari setelah kobaran api hebat berkecamuk di permukiman kumuh Korail. Menurut Rashed Bin Khalid, seorang petugas pemadam kebakaran, diperlukan waktu 16 jam untuk memadamkan api yang bermula pada Selasa malam itu.

Rekomendasi Cerita

daftar 3 item akhir daftar

Direktur dinas pemadam kebakaran, Letnan Kolonel Mohammad Tajul Islam Chowdhury, menyatakan sekitar 1.500 tempat tinggal yang reot telah terbakar atau rusak dalam kebakaran tersebut, dan ribuan orang menjadi tuna wisma. Asap pekat menyelimuti kawasan itu seiring api yang melalap kawasan sekitarnya semalaman.

Berdasarkan data resmi, kurang lebih 60.000 keluarga, dengan banyak diantaranya adalah pengungsi akibat dampak iklim, tinggal di area tersebut yang mencakup lebih dari 65 hektar (160 acre).

Kawasan ini terletak di antara lingkungan elit Gulshan dan Banani di Dhaka, serta dikelilingi oleh gugusan gedung apartemen dan perkantoran pencakar langit.

Pada hari Rabu, para penduduk yang kehilangan rumah mereka berusaha keras untuk mengumpulkan barang-barang berharga sembari menyisir puing-puing. Petugas pemadam kebakaran mengaku kesulitan menjangkau lokasi akibat jalan setapak yang sempit.

Dhaka, sebuah kota berpenduduk 10,2 juta jiwa per 2024, memiliki ratusan permukiman kumuh tempat bermukimnya warga dari pedesaan Bangladesh yang pindah akibat kemiskinan dan eksploitasi.

MEMBACA  Jaksa Penuntut Umum Militer Tomer-Yerushalmi Mengundurkan Diri

Bencana yang dipicu iklim juga mendorong mereka ke kawasan termiskin di kota, dimana mereka hidup dari pekerjaan harian berupah rendah seperti mengemudi becak serta bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan tukang bersih-bersih.