Prat Vemana, seorang pejabat tinggi di Target, baru saja mencoba pengalaman baru sebagai pembeli. Dia membeli piyama lewat aplikasi Target menggunakan ChatGPT.
Perilaku belanja barunya ini menunjukkan perubahan besar di dunia ritel, terutama saat menyambut Black Friday dan musim liburan. Diperkirakan orang Amerika akan menghabiskan lebih dari $1 triliun untuk pertama kalinya. Pembeli yang biasanya belanja di website, lalu pindah ke ponsel, dan belanja lewat TikTok, sekarang mulai mencoba cara baru lagi. Mereka mulai menggunakan AI, seperti ChatGPT Atlas dan Perplexity Comet, untuk berbelanja.
“Kami ingin ada di sana untuk membantu menjawab pertanyaan pelanggan, baik di ChatGPT, Perplexity, atau Gemini,” kata Vemana. Dia bergabung dengan Target di tahun 2022.
Dengan bergabung ke ChatGPT, Target berharap bisa menjangkau 800 juta pengguna aktif chatbot itu setiap minggunya. Target juga baru meluncurkan fitur AI pencari hadiah di website dan aplikasinya.
Meski penjualan Target secara keseluruhan sedang menurun, penjualan digital justru meningkat selama tujuh kuartal berturut-turut.
Tugas Vemana sekarang juga bertambah, termasuk mengurusi teknologi, infrastruktur, dan keamanan siber untuk perusahaan.
Di dalam internal, Target menggunakan ChatGPT Enterprise untuk sekitar 18.000 karyawannya. Mereka juga punya chatbot AI bernama Store Companion untuk membantu operasional toko dan pertanyaan pelanggan.
Target juga meningkatkan sistem manajemen persediaan mereka dengan bantuan AI untuk lebih tepat memprediksi permintaan barang.
Tahun depan, Target akan menambah pengeluaran modalnya sebesar $1 miliar, dengan fokus pada teknologi untuk mendukung toko dan pasokan.
“Tidak ada satu menit pun berlalu tanpa saya memikirkan pertumbuhan,” kata Vemana.