Pendiri Slack Kritik Budaya Kerja: Rapat dan Slide Presentasi Hanyalah “Aktivitas Mirip Pekerjaan”

Beberapa karyawan melakukan “coffee badging” atau bahkan menggoyangkan mouse supaya keliatan aktif waktu kerja dari rumah. Tapi menurut Stewart Butterfield, pendiri Slack, ada juga tugas-tugas yang bisa dianggap sebagai pekerjaan “palsu”.

Butterfield menjelaskan dua konsep: “hyper-realistic work-like activity” (kegiatan yang kelihatan seperti kerja tapi palsu) dan “known valuable work” (pekerjaan yang jelas bernilai).

Menurut dia, masalah pekerjaan “palsu” ini sering mulai muncul saat perusahaan berkembang dari startup kecil jadi bisnis besar. Di awal, semua karyawan punya tugas yang jelas dan penting untuk memulai perusahaan. Tapi seiring waktu, setelah banyak orang dipekerjakan, pekerjaan yang mudah dan jelas sudah habis. Akhirnya, karyawan kadang melakukan kegiatan yang keliatannya seperti kerja asli, tapi sebenarnya tidak memberikan nilai banyak.

Hal ini bukan karena karyawan malas atau bodoh, tapi karena mereka ingin diakui. Kalau atasan tidak jelas menyampaikan pekerjaan apa yang benar-benar bernilai, karyawan akan fokus pada kegiatan yang biasa dilakukan di tim mereka.

Yang menarik, pekerjaan “palsu” ini sangat sulit dibedakan dari pekerjaan beneran. Contohnya, rapat untuk membahas presentasi sebelum rapat besar. Kegiatan ini keliatan seperti kerja, tapi mungkin tidak terlalu penting. Bahkan CEO dan manajer tingkat tinggi pun bisa terjebak dalam kegiatan seperti ini tanpa sadar.

Solusinya, menurut Butterfield, adalah tanggung jawab para pemimpin perusahaan. Mereka harus jelas menyampaikan prioritas dan ekspektasi kepada semua karyawan, dari tingkat bawah sampai atas, tentang pekerjaan apa yang benar-benar berharga bagi kemajuan perusahaan.

MEMBACA  Trump Perintahkan Pemecatan Kepala Data Tenaga Kerja Pemerintah Setelah Laporan Pekerjaan Mengejutkan Pasar dengan Revisi Besar-Besaran pada Laporan Sebelumnya