Bangkai kapal perang USS Indianapolis milik Angkatan Laut AS. Kapal ini tenggelam di Samudra Pasifik setelah terkena dua torpedo dari kapal selam Jepang pada tahun 1945.
WASHINGTON – Kapal perang USS Indianapolis adalah kapal yang memiliki nasib paling tragis dalam sejarah Angkatan Laut Amerika Serikat. Kapal yang sedang membawa komponen bom atom pertama itu tenggelam setelah dihantam dua torpedo Jepang di Samudra Pasifik pada 1945.
Momen paling tragis dalam insiden itu adalah sekitar 150 pelautnya yang dimakan hidup-hidup oleh sekumpulan hiu. Kisah kapal tersebut telah menginspirasi film Jaws.
Tepat setelah tengah malam tanggal 30 Juli 1945, torpedo pertama dari kapal selam Jepang meledak di bagian depan kanan USS Indianapolis, menyebabkan lebih dari 13 ribu liter bahan bakar penerbangan menyala dan menciptakan menara api yang sangat besar.
Beberapa detik kemudian, ledakan kedua menghancurkan kapal dekat tempat penyimpanan mesiu.
USS Indianapolis, yang masih melaju dengan kecepatan 17 knot, bergetar, terbelah, dan hilang tenggelam di bawah Samudra Pasifik hanya dalam waktu 12 menit.
Dari total 1.196 orang di kapal, sekitar 900 orang berhasil keluar dan selamat ke dalam air. Tapi mimpi buruk mereka baru saja dimulai.
Saat matahari terbit, para korban yang selamat berkumpul dalam kelompok-kelompok, berusaha bertahan harapan di tengah situasi kacau.
Matahari sangat terik dan panas, rasa haus yang sangat, dan halusinasi mulai muncul. Lalu, hiu-hiu buas pun datang.
Hiu-hiu besar, berotot, dan berani itu mendekati mayat-mayat yang mengapung terlebih dahulu, sebelum akhirnya beralih ke ratusan pelaut yang masih hidup.
Mengingat kengerian itu, seorang penyintas bernama Loel Dean Cox mengatakan kepada BBC: “Sesekali, seperti kilat, [seekor hiu] datang langsung dan menerkam seorang pelaut, lalu menyeretnya ke bawah air.”
“Seekor hiu datang dan menerkam seorang pelaut yang ada di sebelah saya. Hanya terdengar seseorang berteriak, menjerit, atau digigit," kenangnya.
Dr. Lewis Haynes, kepala petugas medis kapal, juga mengingat: “Tidak ada yang bisa saya lakukan selain memberi nasihat, menguburkan yang meninggal, mengumpulkan jaket pelampung, dan berusaha mencegah anak buah saya minum air laut.”
“Para pemuda itu—begitu mereka kehilangan harapan, kehabisan air dan makanan—mereka akan minum air laut dan meninggal dengan cepat.”