Menurut para ahli industri, kuncinya bukan di teknologi, tapi di manusia. Untuk integrasi AI yang efektif di tempat kerja, perusahaan perlu pakai pendekatan yang berpusat pada manusia. Artinya, investasi bukan cuma di teknologi, tapi juga untuk meningkatkan kemampuan karyawan.
"Kalau kamu punya alat tapi orang nggak bisa pakenya, hasilnya bakal kurang optimal. Untuk memperkenalkan organisasi pada manfaat AI, literasi AI itu fundamental," kata Rowena Yeo, CTO Johnson & Johnson.
"Memang ada keinginan besar dari orang-orang untuk belajar, tapi yang kami lihat, perusahaan masih sedikit yang berinvestasi untuk bikin karyawan dari sekadar paham AI jadi benar-benar pakai AI," ujar Gastón Carrión dari Accenture.
"Untuk setiap dolar yang kami habiskan untuk teknologi, kami harus habiskan tiga dolar lagi untuk orang, buat bantu mereka transisi ke masa depan," tambah Carrión.
Johnson & Johnson sudah menjalankan kursus dasar AI wajib untuk sekitar 80.000 karyawannya secara global, kata Yeo. Perusahaan itu juga menemukan kegunaan AI untuk bidang spesifik, seperti penemuan obat-obatan.
Perusahaan juga bisa pakai AI untuk tingkatkan produktivitas di proses back-end. Contohnya, bank Standard Chartered sekarang memperbolehkan manajernya menggunakan AI generatif untuk bikin ulasan kinerja akhir tahun.
"Hal itu menciptakan dialog dimana orang-orang secara terbuka membicarakan perasaan mereka tentang bosnya yang nulis ringkasan kinerja pakai bantuan AI," kata Will Brown, kepala HR di bank tersebut.
Bank itu juga sudah meluncurkan pasar bakat berbasis AI, dimana karyawan bisa upload skill yang mereka punya dan ingin pelajari, sementara manajer bisa pasang panggilan terbuka untuk proyek yang butuh skill spesifik.
Penerapan AI yang bijak itu sangat penting
Setelah mencoba berbagai use case untuk AI, perusahaan sebaiknya fokus pada beberapa saja dan tingkatkan penggunaannya. Setelah "menumbuhkan seribu bunga di seluruh organisasi," Yeo bilang J&J menemukan bahwa hanya 15% use case AI yang mendorong 90% nilainya.
Tapi akademisi seperti Connie Zheng memperingatkan agar jangan sembarangan menerapkan AI di seluruh organisasi. Manajer perlu evaluasi dulu kegunaan AI. Jika tidak dilakukan dengan hati-hati, AI bisa tingkatkan "techno-stress" dan turunkan kesejahteraan karyawan.
Ulasan kinerja akhir tahun, contohnya, seharusnya tetap dilakukan terutama oleh manusia, kata Zheng. Karyawan, terutama Gen Z, suka mendapat umpan balik dari manajernya.
Untuk menghargai dan mempromosikan karyawan, para atasan perlu tulus dan bisa mengobrol—"dan saya rasa AI nggak bisa melakukan itu," tambahnya.