Tantangan Penyakit Menular di Era Kini

Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI / Adjunct Professor Griffith University Australia, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Kepala Balitbangkes.

Sudah 80 tahun Indonesia merdeka. Tentu sudah banyak kemajuan yang dirasakan, tetapi juga masih banyak tantangan yang dihadapi. Untuk penyakit menular, sejauh ini kita sudah berhasil mengeliminasi beberapa penyakit.

Saat saya menjabat sebagai Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) di tahun 2014, WHO sudah menyatakan Indonesia bebas polio.

Namun, dalam beberapa tahun belakangan muncul kasus-kasus “vaccine derived polio virus – VDPV” di berbagai daerah. VDPV ini sebenarnya bukan berasal dari virus polio liar, tetapi terkait dengan vaksin polio itu sendiri. Oleh karena itu, status Bebas Polio kita masih tetap berlaku.

Tetapi, munculnya VDPV ini tetap punya dampak. Misalnya, di tahun 2025 nanti semua jemaah haji kita wajib menerima vaksin polio, hal yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Dengan kata lain, kita harus tetap menjaga status bebas polio dan mencegah masalah yang disebabkan oleh VDPV ini.

Selain polio, di tahun 2016 kita juga berhasil mencapai eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (TMN). Saat itu saya sudah tidak di Kementerian Kesehatan dan sedang bertugas di WHO Asia Tenggara. Saya masih ingat, saya mendampingi Menteri Kesehatan Prof Nila Moeloek ketika beliau menerima sertifikat eliminasi TMN pada acara Rapat Kesehatan WHO Regional Asia Tenggara di Maladewa.

Tiga badan internasional yang memvalidasi pencapaian ini adalah WHO, UNICEF, dan UNFPA. Ini menunjukkan prestasi besar dan kemampuan Indonesia dalam mengurangi ketidakmerataan cakupan imunisasi, meskipun menghadapi tantangan besar dalam memberikan layanan kesehatan ke ribuan pulau.

MEMBACA  Tantangan Kewajiban Pensiun dalam Keuangan Publik

Selain dua penyakit itu, kita juga tahu bahwa Majelis Kesehatan Dunia ke-33 mendeklarasikan dunia bebas dari penyakit Cacar pada 8 Mei 1980. Artinya, seluruh dunia—termasuk Indonesia—sudah bebas cacar. Sekarang tidak ada lagi kasus cacar di bumi, walaupun virusnya masih disimpan di laboratorium beberapa negara besar, yang sering dibahas dalam pertemuan-pertemuan besar WHO.

Kalau soal COVID-19, dunia sudah berhasil mengatasi pandeminya, termasuk negara kita. Tetapi, virus dan penyakit COVID-19 sampai sekarang masih ada. Jadi, jelas kita belum bisa bilang sudah berhasil mengeliminasi COVID-19. Penyakit ini masih akan bersama kita untuk waktu yang lama, walaupun tidak dalam status pandemi.

Di samping berbagai keberhasilan tadi, kita masih menghadapi tantangan besar untuk penyakit-penyakit lain, yang bahkan ada di peringkat atas di dunia sampai saat ini. Kita sudah sama-sama tahu bahwa Indonesia adalah penyumbang kasus tuberkulosis terbanyak kedua di dunia.