Proyeksi Pasar Saham Goldman Sachs hingga 2035

Goldman Sachs baru aja keluarin ramalan jarang mereka tentang pasar saham, yang sampe ke tahun 2035. Tapi ramalannya ini mungkin ga disuka sama investor AS.

Setelah satu dekade diisi sama keuntungan dari perusahaan teknologi dan kenaikan harga saham, Goldman rasa 10 tahun ke depan akan sangat beda.

Mereka perkirakan return tahunan untuk S&P 500 cuma 6.5%. Ini jauh banget dari yang biasa investor alami, yang biasanya dapat return dua digit.

Keuntungannya bakal datang dari pertumbuhan laba perusahaan, bukan dari kenaikan harga saham lagi. Ini tanda pasar akan jadi lebih “normal”.

Tapi, yang lebih mengejutkan adalah di mana Goldman lihat peluang terbesar. Daripada dari perusahaan teknologi di Silicon Valley seperti biasa, mereka rasa peluang terbaik justru dari tempat yang cenderung diabaikan investor AS.

Intinya sih dari Goldman sederhana aja. Masa-masa dimana harga saham naik tajam udah berakhir.

Ramalan return 6.5% itu masuk akal kalau liat hitungannya, yang termasuk pertumbuhan laba stabil 6%, sedikit tekanan pada valuasi, dan sedikit hasil dari dividen. Ini pengingat bahwa 10 tahun ke depan, investor akan dapat untung dari perusahaan yang tumbuh stabil dan beri hasil nyata, bukan dari perusahaan yang heboh aja.

Goldman bilang harga saham sekarang “sangat tinggi” dibanding sejarah. Mereka perkirakan rasio harga-laba yang wajar di 2035 adalah 21x, turun pelan-pelan dari 23x sekarang.

Alasan mereka ada beberapa. Pertama, margin laba perusahaan udah di level tertinggi. Kenaikan ini dulu didorong efisiensi rantai pasok global dan suku bunga serta pajak yang turun. Goldman rasa faktor pendukung ini kecil kemungkinan terulang.

Kedua, mereka pakai asumsi imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun sebesar 4.5%, yang hampir ga ninggalin ruang untuk kenaikan valuasi saham.

MEMBACA  MacKenzie Scott Jual 42% Saham Amazon yang Dimilikinya

Jadinya, dekade ini akan ditentukan sama pertumbuhan laba, bukan kenaikan harga saham.

Padahal, perusahaan-perusahaan di AS lagi bagus-bagusnya kinerjanya. Dua kuartal berturut-turut, banyak perusahaan yang laporkan laba lebih tinggi dari perkiraan. Di kuartal kedua, 82% perusahaan yang lapor beat perkiraan laba per saham (EPS). Pertumbuhan EPS naik 10.3% dari tahun sebelumnya, jauh di atas perkiraan awal 2.8%. Kuartal ketiga juga lanjutin tren bagus ini, dengan 83% perusahaan beat perkiraan EPS. Indeks S&P 500 ada di jalur yang tepat untuk pertumbuhan laba 10.7%.

Perusahaan teknologi besar jadi penyumbang utama. Di kuartal dua dan tiga, 8 dari 11 sektor di S&P catat pertumbuhan laba, dan 10 sektor alami pertumbuhan penjualan.

Tapi, hitungan jangka panjang Goldman kasih tahu bahwa return terbaik untuk 10 tahun ke depan mungkin bukan dari AS.

Walaupun S&P 500 diperkirakan tumbuh 6.5%, Goldman soroti Pasar Berkembang (EM) yang diperkirakan tumbuh +10.9%, Asia kecuali Jepang +10.3%, dan Jepang +8.2%.

Pasar Berkembang dan Asia biasanya dapat untung dari pertumbuhan GDP yang kuat dan reformasi struktural, termasuk kenaikan pembayaran dividen. Goldman perkirakan ini akan naikin hasil dividen EM dari 2.5% jadi 3.2% di 2035. Ditambah lagi dengan perbaikan tata kelola perusahaan di area seperti Korea dan China, daerah-daerah ini jadi seperti mesin pertumbuhan.

Tapi, penentu utamanya adalah mata uang. Strategis FX Goldman percaya dollar AS kelebihan nilai 15%, dan meramalkan penurunan dalam dekade ke depan yang akan ningkatin return dari EM sebesar 1.7% per tahun. Secara sejarah, kelemahan dollar berbarengan sama kinerja bagus pasar luar negeri.

Selain itu, ada juga tenaga laba yang perlu dipertimbangkan. Pertumbuhan laba per saham (EPS) EM dipimpin sama China dan India, yang mendorong return 10.9%. Reformasi di Jepang diperkirakan akan mendorong return jadi 8.2%.

MEMBACA  Saham AI Ini Berpotensi Kalahkan "Magnificent Seven" dalam Dekade Mendatang