loading…
Penelitian dari Goldman Sachs memperingatkan, ancaman yang bisa membuat harga minyak mentah dunia berpeluang meningkat tajam, bahkan hingga berlipat ganda.
JAKARTA – Harga minyak mentah dunia berpotensi mengalami kenaikan drastis, bahkan hingga berlipat ganda jika gangguan yang dipicu oleh pemberontak Houthi Yaman juga mempengaruhi Selat Hormuz. Proyeksi ini disampaikan oleh Kepala Penelitian Minyak Goldman Sachs, Daan Struyven seperti dilansir RT.
Seperti diketahui, Houthi melakukan blokade di Laut Merah dan terus menyerang kapal kargo menyusul eskalasi permusuhan antara Israel dan Hamas di Gaza. Militan yang berbasis di Yaman menargetkan kapal-kapal yang diduga terkait dengan Israel, yang mereka anggap sebagai bentuk solidaritas terhadap penderitaan rakyat Palestina.
“Jika terjadi gangguan di Selat Hormuz selama sebulan, harga minyak mentah dunia akan naik 20%,” kata Struyven.
Struyven juga menambahkan bahwa gangguan berkepanjangan di selat tersebut pada akhirnya dapat menggandakan harga minyak mentah dunia. Meskipun skenario terburuk masih jauh dari terjadi, Struyven dan para analis energi lainnya mengutuk situasi di Laut Merah dalam beberapa pekan terakhir.
Serangan yang meningkat telah memaksa perusahaan pelayaran global untuk mengalihkan jalur pelayaran dari Laut Merah menuju Cape of Good Hope di ujung selatan Afrika. Hal ini menyebabkan kargo yang bepergian dari Asia ke Eropa atau Amerika Utara harus menempuh perjalanan yang lebih panjang sekitar 6.000 mil laut dan dapat menunda waktu pengiriman hingga satu bulan, yang pada akhirnya akan meningkatkan biaya pengiriman.
Serangan Houthi telah terjadi selama berminggu-minggu dan secara signifikan mengancam aliran barang komersial melalui Laut Merah dan Terusan Suez, yang merupakan arteri penting untuk perdagangan antara Asia dan negara-negara Barat. Para militan telah meluncurkan rudal setidaknya dua puluh empat kali sejak 19 Desember sebagai tanggapan atas perang Israel-Hamas.
(akr)