4 Strategi Israel Pasca-Perang di Gaza: Salah Satunya Memicu Konflik Internal

loading…

Israel ingin mengobarkan perang saudara di Gaza. Foto/X/@SilentlySirs

GAZA – Menjelang gencatan senjata Gaza, pemimpin geng proksi Israel yang terkait dengan ISIS, Yasser Abu Shabab, menuntut “perlindungan internasional”. Kenapa? Dia takut akan kemungkinan diadili karena telah menjarah bantuan secara sistematis, berkolaborasi dengan Israel, dan membunuh warga Palestina.

Militer Israel menolak mengizinkan geng-geng kriminal ini mencari perlindungan di wilayah Israel sendiri. Mereka ingin meninggalkan geng-geng ini, hingga Netanyahu berhasil mengubah rencana penarikan pasukan dalam rencana Trump dan mempertahankan lebih dari 58% wilayah Gaza tetap di bawah kendali Israel.

Abu Shabab kemudian terus mendapat perlindungan, dan Israel memanfaatkan milisi tersebut untuk melanjutkan perang dengan cara lain.

Sejauh ini, hal ini meliputi provokasi konflik sipil, merancang keruntuhan masyarakat, melakukan pembunuhan, mata-mata, penculikan, dan operasi “tabrak lari” di darat, sementara Israel mengebom dari udara.

## 4 Strategi Israel Pascaperang di Gaza, Salah Satunya Memicu Perang Saudara

## 1. Geng Kriminal Jadi Tangan Kanan Israel di Gaza

Menurut The New Arab, dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah mengembangkan lebih banyak geng seperti Abu Shabab Rafah di seluruh Jalur Gaza. Husam al-Astal di Khan Younis, Ashraf al-Mansi di Beit Lahia di Utara, dan Rami Heles di Gaza timur sekarang masing-masing memimpin kelompok yang didanai, dipersenjatai, dilindungi, dan di bawah naungan Israel di 58% wilayah Gaza yang telah sepenuhnya dikosongkan dan dikuasai oleh militer Israel.

Geng-geng ini tidak muncul dengan sendirinya. Sebaliknya, sejak Mei 2024, badan Shin Bet Israel dan tentara Israel telah mengidentifikasi dan merekrut penjahat dan buronan yang melarikan diri dari pihak berwenang, terutama mereka yang kabur dari penjara setelah 7 Oktober, seperti Abu Shabab.

MEMBACA  Ketegangan di Udara: Jet Tempur Tiongkok Lepaskan Suar di Dekat Pesawat Pengintai Australia

Israel dengan sengaja mengelompokkan orang-orang ini dengan janji kekuasaan, uang, senjata, kendaraan, rumah, dan kemewahan yang tidak dimiliki warga Gaza lainnya, seperti makanan, air, rokok, dan telepon.

Israel telah menggunakan geng-geng ini untuk empat tujuan utama: menyebabkan kelaparan di Gaza dengan membiarkan militan mereka menjarah 90% konvoi bantuan di bawah perlindungan tentara Israel; merancang keruntuhan masyarakat, kekacauan, dan menghancurkan ketertiban sipil; melaksanakan operasi atas nama Israel; dan mengoperasikan kamp-kamp di Rafah yang ingin dimasuki Israel untuk menampung seluruh penduduk Gaza.

Menggunakan geng-geng ini memungkinkan Israel untuk menyangkal dengan alasan yang terdengar masuk akal dan menyalahkan pihak lain atas kelaparan atau kekacauan di Gaza.

Taktik ini mengingatkan pada apa yang dilakukan Israel di Lebanon pada tahun 1982, ketika mereka membentuk kelompok proksi Tentara Lebanon Selatan (SLA) dan menggunakannya untuk melakukan pembantaian di Sabra dan Shatila, di mana 3.500 warga Palestina dibantai di dua kamp pengungsi. SLA runtuh segera setelah Israel menarik diri dari Lebanon Selatan, dan para anggotanya kabur ke Israel atau diadili atas tuduhan pengkhianatan.

Israel juga secara aktif maupun pasif memfasilitasi aliran senjata api, uang tunai, kendaraan, dan amunisi ke klan-klan besar di Gaza sebagai taktik dasar “pecah belah dan kuasai” untuk membuat warga Palestina sibuk dengan konflik internal mereka sendiri.