Beijing Tetapkan Hari Peringatan Nasional Baru Kaitkan Taiwan dengan Kemenangan Perang Tiongkok

[Sumber]

China telah menetapkan tanggal 25 Oktober sebagai Hari Peringatan Restorasi Taiwan, sebuah hari peringatan nasional baru yang dimaksudkan untuk memperkuat klaim kedaulatan Beijing atas pulau yang berpemerintahan sendiri tersebut. Langkah ini disetujui Jumat lalu di Beijing selama sesi Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional ke-14, yang mengadopsi keputusan tersebut pada penutupan rapat lima hari.

Pesan Kedaulatan Beijing

Media pemerintah menyatakan bahwa langkah ini dilakukan sesuai dengan Konstitusi “untuk menjaga pencapaian Perang Anti-Fasis Dunia dan tatanan internasional pascaperang” serta “untuk mempertahankan kedaulatan nasional, persatuan, dan integritas teritorial.” Peringatan ini akan mencakup kegiatan komemoratif di seluruh negeri yang menandai berakhirnya kekuasaan Jepang di Taiwan pada tahun 1945.

Para anggota legislatif menyatakan bahwa langkah ini menegaskan posisi China bahwa penyerahan Taiwan pascaperang dari Jepang kepada Republik Tiongkok merepresentasikan kembalinya pulau tersebut ke dalam kedaulatan China. Shen Chunyao, direktur Komisi Urusan Legislatif badan legislatif, menegaskan, “Pada 25 Oktober 1945, upacara penerimaan penyerahan diri Jepang di Provinsi Taiwan dari teater perang China Sekutu diselenggarakan di Taipei, menandai kembalinya Taiwan dan Kepulauan Penghu ke dalam yurisdiksi kedaulatan China.”

Klaim Sejarah yang Bersaing

Tanggal 25 Oktober memperingati penyerahan Taiwan kepada Republik Tiongkok pada tahun 1945 menyusul menyerahnya Jepang, yang mengakhiri lima dekade pemerintahan kolonial. Di Taiwan, tanggal yang sama diperingati sebagai Hari Retrocession, meskipun memiliki makna politik yang berbeda seiring dengan evolusi pulau tersebut menjadi demokrasi yang berpemerintahan sendiri setelah pemerintah Republik Tiongkok berpindah ke sana pada tahun 1949.

Peringatan baru Beijing ini memformalkan posisinya bahwa penyerahan tahun 1945 menetapkan dasar hukum untuk kedaulatan atas Taiwan, yang dianggapnya sebagai bagian dari wilayaj China. Langkah ini menyusul periode peningkatan tekanan militer dan diplomatik terhadap Taipei. Media pemerintah China menyatakan bahwa upacara terkait akan diadakan di seluruh negeri, tetapi tidak merincikan apakah ini akan menjadi hari libur nasional. Pemerintah Taiwan belum mengeluarkan pernyataan menanggapi langkah ini.

MEMBACA  Altar yang Ditemukan di Hutan Guatemala Bukti Campur Aduk Budaya Mayan dan Teotihuacan, Kata Para Ahli