Pembangunan mega proyek kereta cepat di beberapa negara sanggat mahal, bisa sampai ratusan miliar dolar. Negara-negara ini berusaha meningkatkan opsi transportasi untuk penumpang dan barang. Jalur yang panjang ini sering lewat pegunungan, perairan, atau daerah perkotaan yang padat, jadi perlu solusi yang harganya selangit.
Biaya konstruksinya sangat bervariasi, terutama untuk kereta cepat—dari rata-rata USD18,5 juta per kilometer di Spanyol sampai USD175 juta di Inggris, menurut laporan pemerintah Spanyol tahun 2023. Pembengkakan anggaran dan keterlambatan jadwal juga udah hal yang biasa untuk proyek teknik yang rumit dan luas ini.
Hal yang mirip terjadi di Indonesia dengan proyek kereta cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh. Dalam studi awal, pemerintah terima penawaran pembiayaan dari Jepang dan juga China. Saat itu, China nawarin model business to business berbasis konsorsium BUMN. Proyek ini dikerjakan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), dengan struktur kepemilikan 60% PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan 40% China Railway International Co. Ltd. (CRI).
PSBI sendiri isinya empat BUMN besar: 51,37% PT Kereta Api Indonesia (KAI), 38,26% PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), 8,30% PT Perkebunan Nusantara VIII, dan 2,37% PT Jasa Marga Tbk. Akhirnya, pemerintah Indonesia pilih model dan skema pembiayaan dari China dengan alasan yang menarik, yaitu “tanpa membebani APBN”.
Tapi, pada kenyataanya, pas proyek udah jalan malah ada cost overrun (pembengkakan biaya) dari tahap awal 2015 sampai 2023. Akhirnya, APBN harus keluar sekitar kurang lebih Rp7,5 triliun, dengan kemungkinan tambahan Rp5-10 triliun lagi sampai tahun 2030.
Dengan bunga 3,4% per tahun untuk tambahan USD560 juta (Rp8-9 triliun), berarti ada bunga tahunan tambahan sekitar USD19 juta atau Rp300-400 miliar per tahun hanya untuk bagian overrun-nya. Untuk pinjaman pokok USD4,5 miliar dengan bunga 2-3,4%, beban bunga tahunannya bisa antara USD90-153 juta (Rp1,4-2,4 triliun) tiap tahun.
Artinya, proyek ini nggak sesuai janji awalnya yang diklaim “tidak membebani APBN”. Malah, APBN jadi terkikis dan terbebani sampai puluhan tahun. Jelas, proyek ini secara ekonomi tidak efisien dan malah cenderung merugikan Indonesia.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh, dengan panjang lintasan 142 km, menelan biaya sekitar USD7,27 miliar atau setara Rp110-113 triliun.
Berikut 3 proyek kereta api cepat termahal di dunia:
3. Jalur Kereta Cepat Shanghai-Chongqing-Chengdu, China: USD77 miliar
China di tahun 2016 umumkan rencana pengembangan jaringan kereta cepat lewat program baru bernama Eight Vertical and Eight Horizontal. Seperti yang bisa ditebak dari namanya, jalur-jalur baru atau yang diperluas ini mencakup 16 koneksi kereta arah utara-selatan dan timur-barat. Tujuannya untuk bikin total jaringan sepanjang 23.600 mil (38.000 km) pada tahun 2025.
Salah satu proyeknya adalah koridor Shanghai-Chongqing-Chengdu sepanjang 1.300 mil (2.100 km). Jalur ini sejajar dengan jalur timur-barat yang udah ada, tapi akan nawarin perjalanan kereta yang jauh lebih cepat. Dengan kecepatan sampai 217 mil per jam (350 km/jam), perjalanan antara Shanghai dan Chongqing bakal dipangkas dari 10 jam 42 menit jadi hanya 5 jam 48 menit.