Harga Minyak Melonjak 5% Pasca Sanksi AS ke Rosneft dan Lukoil

Ditulis oleh Scott DiSavino

NEW YORK (Reuters) – Harga minyak naik sekitar 5% ke level tertinggi dalam dua minggu pada hari Kamis. Ini terjadi setelah Amerika Serikat beri sanksi kepada perusahaan Rusia besar, yaitu Rosneft dan Lukoil, karena perang Moskow di Ukraina. Hal ini buat perusahaan energi di Cina dan India pertimbangkan untuk kurangi impor dari Rusia.

Harga minyak Brent naik $3,40, atau 5,4%, menjadi $65,99 per barel. Sementara itu, minyak mentah AS (WTI) naik $3,29, atau 5,6%, menjadi $61,79.

Kenaikan ini adalah yang terbesar sejak pertengahan Juni untuk kedua jenis minyak mentah, dan harga penutupannya adalah yang tertinggi sejak 8 Oktober.

"Pengumuman sanksi oleh AS terhadap Rosneft dan Lukoil adalah peningkatan serius dalam menargetkan sektor energi Rusia. Ini bisa menjadi guncangan yang cukup besar untuk ubah pasar minyak global jadi defisit tahun depan," kata David Oxley, seorang ahli ekonomi iklim dan komoditas di Capital Economics.

Menurut data energi AS, Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia pada tahun 2024, setelah AS.

Selain harga minyak mentah yang melonjak, harga diesel AS juga naik hampir 7%. Ini naikkan crack spread diesel ke level tertinggi sejak Februari 2024. Crack spread adalah ukuran untuk keuntungan dari penyulingan minyak.

Sanksi AS berarti kilang minyak di Cina dan India, yang adalah pembeli utama minyak Rusia, harus cari pemasok lain. Tujuannya agar mereka tidak dikeluarkan dari sistem perbankan Barat, kata analis Saxo Bank Ole Hansen.

Beberapa sumber perdagangan bilang ke Reuters bahwa perusahaan minyak milik negara Cina sudah hentikan pembelian minyak Rusia dari dua perusahaan yang kena sanksi AS itu. Hal ini semakin dorong kenaikan harga.

MEMBACA  Mengapa Saham Toast, Inc. (TOST) Menguat di Hari Jumat

Menteri Perminyakan Kuwait mengatakan bahwa OPEC siap untuk gantikan kekurangan di pasar dengan cara kurangi pemotongan produksi.

Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin bilang bahwa butuh waktu bagi pasar global untuk ganti minyak dari Rusia.

"Ini, tentu saja, adalah usaha untuk tekan Rusia," tambah Putin. "Tapi tidak ada negara dan rakyat yang menghormati diri sendiri yang buat keputusan karena tekanan."

AS mengatakan mereka siap untuk ambil tindakan lebih lanjut sambil meminta Moskow setuju langsung untuk gencatan senjata di Ukraina.

"Berbagai sanksi AS dan EU sejauh ini hampir tidak ada pengaruhnya pada kemampuan Rusia untuk ekspor minyak, jadi kami ragu bahwa putaran terbaru ini akan ubah segalanya. Meski begitu, Kremlin mungkin perlu pakai cara yang lebih rumit untuk kirim minyaknya secara diam-diam, yang akan naikkan biaya," kata Pavel Molchanov, analis strategi investasi di Raymond James.

Molchanov mencatat bahwa bank investasi AS akan "terus pantau masalah ini" karena ekspor Rusia adalah sekitar 7% dari pasokan minyak global.

LEBIH BANYAK SANKSI

Inggris beri sanksi ke Rosneft dan Lukoil minggu lalu, dan Uni Europa sudah setujui paket sanksi ke-19 terhadap Rusia. Paket ini termasuk larangan impor gas alam cair dari Rusia.

EU juga tambahkan dua kilang minyak Cina dengan kapasitas gabungan 600.000 barel per hari, serta Chinaoil Hong Kong, anak perusahaan PetroChina, ke daftar sanksi Rusia-nya. Ini terlihat di Jurnal Resminya pada hari Kamis.

Dampak sanksi pada pasar minyak akan tergantung pada bagaimana reaksi India dan apakah Rusia temukan pembeli lain, kata analis UBS Giovanni Staunovo.

Kilang minyak di India, yang menjadi pembeli terbesar minyak mentah Rusia yang didiskon setelah perang di Ukraina, bersiap untuk kurangi impor minyak Rusia secara signifikan. Tujuannya untuk patuhi sanksi baru AS terhadap Lukoil dan Rosneft, kata sumber industri pada Kamis. Hal ini berpotensi hilangkan hambatan besar untuk perjanjian dagang dengan AS.

MEMBACA  Trump Pertimbangkan Bonus Bayai Rp75 Juta — Ini 3 Cara Tingkatkan Penghasilan Tanpa Peduli Jumlah Anak (Visual: Gunakan font modern dengan spacing proporsional, bold pada angka "3" dan "Rp75 juta", serta pemisah garis tipis di bawah judul untuk estetika)

Reliance Industries, perusahaan swasta yang adalah pembeli minyak Rusia terbesar di India, berencana untuk kurangi atau hentikan impor tersebut sepenuhnya, menurut dua sumber yang kenal masalah ini.