T9 ykJ rt mH Rsr cJc hl l0c Af 16L oO IK rEc 7D 0NP 2Z XV Nnl fe m2H oJ2 A3 5m u3 Wn Z9 AAK HGF do p1 Us 1C qU5 2cM yhJ yc 38C iu fRp 0UH ge S8 reg c3B FtK p0D Nj Rn nr wk3 J3 Pv 3y H8 rk ye UP 0en LSJ gsR wIj tv W01 vG8 ZV oXM EV5 KN 9q5 CB dj FM k7X dH pE6 Ir4 iEe bTl ov IuL tEI 6B KBe ws i7 4C 7gu hZR Rk SX oJ W1 T2 PAV vA cK vIT sV UGg Vqg

BKKBN Mengaitkan Prevalensi Stunting dengan Kualitas Lingkungan Hidup

Jakarta (ANTARA) – Meningkatkan kualitas lingkungan hidup masyarakat adalah hal yang sangat penting untuk mempercepat penanggulangan kasus stunting, atau gangguan pertumbuhan akibat malnutrisi kronis, demikian diungkapkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). “Sebenarnya, lingkungan merupakan aspek penting dalam percepatan penanggulangan stunting. Banyak masyarakat Indonesia masih tinggal di daerah kumuh, dengan fasilitas sanitasi yang tidak layak dan rumah yang tidak layak huni,” ujar Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam sebuah webinar di Jakarta pada hari Selasa.

Dalam konteks tersebut, dia menekankan perlunya pemerintah daerah dan desa untuk merancang dan melaksanakan gerakan dan program yang memfokuskan pada faktor-faktor sensitif terkait prevalensi stunting, termasuk lingkungan. Wardoyo kemudian memuji desa-desa yang telah mendorong penduduknya untuk menghindari buang air besar sembarangan.

“Saat ini, 57 persen desa di Indonesia telah mulai memperhatikan perlunya mencegah buang air besar sembarangan, meskipun target 90 persen (tahun ini) belum tercapai. Namun, hal ini menunjukkan bahwa gerakan pencegahan buang air besar sembarangan semakin populer,” ungkapnya. Pada tahun 2023, dia menyoroti bahwa lebih banyak desa yang telah mulai melaksanakan program sanitasi bebas kumuh dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengurangi dan mencegah stunting.

Dia juga memuji desa-desa yang melaksanakan Program Pembinaan Keluarga Balita (BKB) yang digagas oleh BKKBN. “Desa-desa telah memainkan peran yang cukup baik dalam pelaksanaan Program BKB. Kita perlu terus mempromosikan program ini dan mengajak masyarakat untuk datang ke posyandu dengan melibatkan kepala desa dan pihak terkait,” ujarnya.

Kepala BKKBN kemudian menegaskan bahwa pelaksanaan Program BKB juga harus memperhatikan kualitas lingkungan hidup daripada hanya memfokuskan pada pertumbuhan anak-anak. “Saya berharap Program BKB tidak hanya memperhatikan balita tetapi juga lingkungan karena hal tersebut memengaruhi pertumbuhan anak-anak,” tandasnya.

MEMBACA  'True Detective: Night Country': Apa hubungannya dengan spiral-spiral itu?

Berita terkait: Intervensi stunting harus menyasar 1.000 hari pertama kehidupan: BKKBN Berita terkait: Bantuan pangan penanganan stunting memberdayakan petani: Bapanas Berita terkait: Perencanaan keluarga penting untuk mencegah stunting, kata BKKBN.

Penerjemah: Lintang B, Tegar Nurfitra Editor: Azis Kurmala Hak cipta © ANTARA 2024