Danantara Mampu Lunasi Utang Kereta Api Tanpa Dana Negara: Menteri Keuangan

Jakarta (ANTARA) – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bahwa Danantara Indonesia memiliki kemampuan keuangan yang cukup untuk membayar utang kereta cepat Jakarta–Bandung tanpa bergantung pada anggaran negara.

Menurut menteri, CEO Danantara Rosan Roeslani saat ini sedang melakukan penilaian teknis untuk menentukan strategi yang paling tepat dalam penyelesaian utang tersebut.

“Saya tanya dia (CEO Danantara) apakah perjanjiannya mewajibkan pemerintah bayar utang. Sepengetahuan saya, China Development Bank (CDB) hanya butuh struktur pembayaran yang jelas,” kata Sadewa usai menghadiri rapat dewan pengawal dana investasi pada Rabu.

“Mereka akan ajukan skema pembayarannya ke kita; kita lihat saja bagaimana hasil penilaian mereka nanti,” tambahnya.

Sadewa menjelaskan bahwa dividen dari perusahaan BUMN yang disalurkan ke Danantara saja sudah bisa membantu PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) membayar utangnya ke China.

“Dividen yang diterima Danantara mencapai sekitar Rp80–90 triliun, jumlah ini lebih dari cukup untuk menutupi bunga tahunan KCIC sebesar Rp2 triliun,” ujarnya.

Meskipun dividen diperkirakan meningkat tiap tahun dan sebagian dana telah ditempatkan di obligasi pemerintah, menteri keuangan mendorong Danantara untuk terus mengoptimalkan pengelolaan dananya.

Dia menekankan bahwa semua dividen dari BUMN, yang sebelumnya langsung masuk ke kas negara, sekarang diterima oleh Danantara. Hal ini, menurutnya, harus memperkuat kemampuan dana tersebut untuk membayar utang KCIC.

“Danantara akan bayar utangnya tanpa bantuan APBN. Itu yang saya inginkan,” tegas Sadewa.

Total investasi untuk proyek kereta cepat Jakarta–Bandung mencapai US$7,27 miliar atau sekitar Rp120,38 triliun. Sekitar 75 persen pendanaannya diperoleh melalui pinjaman CDB dengan suku bunga 2 persen per tahun.

Danantara saat ini mempertimbangkan dua opsi untuk menyelesaikan utang: mempersilakan pemerintah mengambil alih infrastrukturnya atau menyuntikkan modal baru ke perusahaan induk KCIC, PT Kereta Api Indonesia (KAI).

MEMBACA  Indonesia Mendorong Perlindungan Kerja Inklusif di ILC Jenewa

Namun, belum ada keputusan final, sementara pemerintah terus mendorong Danantara untuk mengambil tanggung jawab penuh atas pembayaran tersebut.

Berita terkait: [Tautan berita tentang utang kereta Whoosh]
Berita terkait: [Tautan berita tentang pertumbuhan utang luar negeri]
Berita terkait: [Tautan berita tentang rasio utang Indonesia]

*Penerjemah: Bayu Saputra, Nabil Ihsan
Editor: M Razi Rahman
Hak Cipta © ANTARA 2025*