Apa Makna di Balik Perumusan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza?

Hugo Bachega
Koresponden Timur Tengah, Yerusalem dan
Tim Jurnalisme Visual BBC

Getty Images

Sebuah gencatan senjata telah berlaku untuk perang di Gaza, setelah pemerintah Israel menyetujui kesepakatan yang difasilitasi AS dengan Hamas dalam negosiasi yang melibatkan secara pribadi Presiden AS Donald Trump.

Tehks lengkap perjanjian ini belum dipublikasikan — namun sebagiannya telah diterbitkan oleh media Israel.

Dokumen tersebut tampaknya kekurangan detail dan dalam beberapa hal terkesan samar serta ambigu — mungkin disengaja.

Bahkan judulnya, “Langkah-langkah implementasi dari proposal Presiden Trump untuk mengakhiri perang Gaza secara komprehensif”, memberi ruang bagi interpretasi yang berbeda-beda.

Judul lengkapnya mengisyaratkan bahwa ini adalah tahapan untuk menerapkan rencana 20 poin yang diumumkan Presiden Trump di Gedung Putih pekan lalu. Dokumen ini disepakati setelah negosiasi di Mesir mengenai fase pertama rencana tersebut, terkait gencatan senjata, pertukaran tawanan, dan peningkatan bantuan kemanusiaan.

Akan tetapi, dengan menonjolkan frasa “Akhir komprehensif perang Gaza”, dokumen ini seolah-olah mengumumkan berakhirnya perang yang telah berlangsung dua tahun tersebut.

Paragraf ini secara eksplisit menyatakan bahwa perang telah usai, yang menjadi landasan bagi diskusi-diskusi selanjutnya mengenai tahap-tahap berikutnya dari rencana presiden untuk Gaza. Hal ini tampak mengisyaratkan bahwa, sekalipun negosiasi menemui jalan buntu, permusuhan tidak akan kembali berkobar.

Ini adalah hal yang krusial mengingat sejumlah poin perselisihan kunci masih belum terselesaikan, termasuk tuntutan Israel agar Hamas melucuti senjatanya, skala penarikan pasukan Israel, dan rencana mengenai pihak yang akan memerintah wilayah tersebut. Dokumen ini tidak menyebutkan jaminan-jaminan yang mungkin telah diberikan bahwa konflik tidak akan kembali meletus, atau apa yang akan terjadi jika salah satu pihak melanjutkan pertempuran.

MEMBACA  Lebanon bersiap menghadapi perjuangan kekuasaan setelah gencatan senjata

Berbicara setelah kesepakatan dicapai, pemimpin Hamas yang diasingkan di Gaza, Khalil Al-Hayya, menyatakan bahwa ia telah menerima jaminan dari AS dan mediator lainnya bahwa perang telah berakhir.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu belum secara terbuka menyatakan bahwa konflik tersebut sudah selesai. Usai persetujuan kesepakatan oleh pemerintah Israel, Netanyahu merilis video di mana ia tampak mengancam akan menggunakan kekuatan jika tuntutan Israel, termasuk pelucutan senjata Hamas, tidak dipenuhi. “Jika ini dapat tercapai dengan cara yang mudah, itu lebih baik. Dan jika tidak, itu akan dicapai dengan cara yang keras,” ujarnya.

Dokumen tersebut tidak menyebutkan langkah-langkah selanjutnya untuk implementasi penuh dari rencana Trump.

Hal ini tampaknya membuka peluang bagi kembalinya pasukan Israel ke daerah-daerah yang telah mereka tinggalkan jika Hamas dinilai tidak sepenuhnya mematuhi kesepakatan. Tidak ada rincian tentang apa yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran.

Dan teksnya tidak secara gamblang menyingkirkan kemungkinan serangan udara. Sebelum kesepakatan, para pejabat Hamas khawatir akan terjadi situasi seperti di Lebanon, di mana kesepakatan gencatan senjata tidak mencegah serangan udara hampir setiap hari terhadap orang-orang dan target yang menurut Israel terkait dengan Hezbollah, milisi dan gerakan politik Syiah. Pemerintah Lebanon menyatakan bahwa tindakan Israel merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan, yang juga difasilitasi dengan bantuan AS.

Meskipun ada tuntutan agar semua sandera, yang masih hidup maupun yang telah meninggal, dibebaskan dalam waktu 72 jam setelah penarikan parsial Israel, teks tersebut mengakui, walau tidak tersurat, bahwa Hamas kecil kemungkinannya dapat mengumpulkan semua jasad sandera yang telah meninggal dalam kerangka waktu tersebut, dengan mengizinkan kelompok tersebut untuk membagikan informasi yang telah mereka kumpulkan tentang mereka yang tidak dapat ditemukan.

MEMBACA  Gadis asal Afrika Selatan yang hilang dicari karena 'matanya dan kulitnya'

Teks tersebut tidak menyebutkan apa yang akan terjadi jika terjadi penundaan dalam membebaskan 20 tawanan yang diyakini masih hidup.

Ini mengisyaratkan dibentuknya suatu mekanisme untuk memantau kesepakatan dan melaporkan setiap pelanggaran.

Pejabat AS menyatakan secara terpisah bahwa AS akan memindahkan hingga 200 pasukan yang sudah berada di Timur Tengah untuk mengoordinasikan pasukan multinasional tersebut.

Dengan asumsi pertukaran tawanan telah diselesaikan, para pejabat tersebut mengatakan bahwa maksudnya adalah untuk membentuk apa yang disebut Pasukan Stabilisasi Internasional, meskipun hal ini masih harus disepakati antara para pihak.

Fase berikutnya dari kesepakatan tidak jelas

Kesepakatan ini merupakan terobosan diplomatik signifikan yang dipimpin oleh Trump, yang ingin dikenang sebagai pihak yang mengakhiri konflik tersebut.

Presiden memanfaatkan pengaruh Amerika untuk memaksa Netanyahu, yang dituduh telah menyabotase upaya-upaya kesepakatan sebelumnya, untuk terlibat dalam negosiasi.

Hamas berada di bawah tekanan dari Mesir, Qatar, dan Turki, serta dari populasi yang sangat membutuhkan bantuan.

Israel melancarkan perang sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, di mana sekitar 1.200 orang tewas, sebagian besar adalah warga sipil, dan 251 orang diambil sebagai sandera.

Kampanye militer Israel telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, sebagian besar adalah warga sipil dan termasuk lebih dari 18.000 anak-anak, menurut kementerian kesehatan yang dijalankan Hamas, dan mengakibatkan krisis kemanusiaan yang katastrofik.

Fase pertama dari rencana presiden mungkin merupakan yang paling mudah. Netanyahu juga menghadapi tekanan domestik yang semakin besar, dengan jajak pendapat secara konsisten menunjukkan bahwa sebagian besar warga Israel menginginkan kesepakatan dengan Hamas dan mengakhiri perang. Sementara itu, Hamas tampaknya diyakinkan bahwa menyandera telah menjadi beban, memberikan alasan bagi Israel untuk terus berperang.

MEMBACA  Sandera Israel Dinyatakan Tewas di Gaza saat Ketakutan atas Tawanan Meningkat

Akan tetapi, apa yang terjadi selanjutnya tidaklah jelas. Kemajuan hanya akan terwujud jika pemerintahan Trump tetap terlibat, karena baik Israel maupun Hamas memiliki alasan untuk menunda proses tersebut. Ada momentum, namun hambatan-hambatan besar masih tetap ada.