Para Manajer Perusahaan, Penilaian Anda pada Gen Z Terlalu Keras. Riset Membuktikan, Otak Manusia Masih Berkembang hingga Usia 24 Tahun.

Pengangguran untuk pekerja di usia remaja akhir dan 20-an telah neningkat sangat tajam saat mereka mencoba memulai di pasar kerja saat ini. Ada banyak alasannya: lowongan kerja lebih sedikit karena perusahaan mengurangi perekrutan, pekerja yang lebih tua tidak pindah kerja, jaringan profesional yang terbatas untuk anak muda, dan perubahan teknologi yang cepat. Persepsi negatif dari perusahaan tentang generasi ini juga tidak membantu.

Misalnya, sebuah survei menemukan hampir 75% manajer percaya Gen Z adalah generasi paling sulit untuk diajak kerja sama. Sikap seperti ini bisa menjadi kenyataan. Kita tidak bisa mengabaikan anak muda yang ingin berkontribusi.

Masalah "mimpi buruk perekrutan Gen Z" ini bukan hanya tantangan jangka pendek. Ini adalah risiko jangka panjang untuk ekonomi dan masyarakat kita. Ketika jutaan anak muda tidak bisa mulai bekerja, kita menyia-nyiakan potensi mereka dan masa depan negara. Daripada melihat mereka sebagai masalah, perusahaan harus fokus untuk mempekerjakan, membimbing, dan berinvestasi pada mereka. Itu adalah hal yang sangat powerful yang bisa dilakukan bisnis untuk perusahaan dan negara kita.

Ilmu otak remaja menunjukkan bahwa usia belasan hingga awal 20-an adalah jendela kesempatan yang luar biasa. Anak muda sedang membangun keterampilan, kepercayaan diri, dan penilaian yang akan membentuk hidup mereka dewasa nanti. Ini juga waktu yang ideal bagi perusahaan untuk berinvestasi pada mereka, membentuk bakat yang dibutuhkan bisnis di masa depan. Mendukung perkembangan pribadi sambil mengasah keterampilan profesional adalah situasi yang saling menguntungkan.

Saya tahu ini dari pengalaman saya. Sebelum menjadi CEO, saya bekerja 14 tahun di UPS. Dari sana, saya melihat bagaimana pengalaman kerja awal bisa meluncurkan karier, atau justru menghentikan anak muda. Jim Casey, pendiri UPS dan yayasan kami, juga melihat hal ini. Dia mendedikasikan kekayaannya untuk membantu anak muda sukses karena dia percaya potensi mereka adalah kunci untuk masa depan yang lebih cerah.

MEMBACA  Artefak Romawi Kuno Ini Juga Merupakan Fosil Berusia 453 Juta Tahun

Ilmu pengetahuan jelas: antara usia 14 dan 24, otak masih dalam perkembangan. Anak muda dirancang untuk belajar dengan melakukan. Mereka butuh mentor, ekspektasi yang jelas, dan kesempatan untuk memikul tanggung jawab. Kestabilan finansial dan pengalaman kerja awal memberikan lebih dari sekadar gaji — mereka membangun identitas, kemandirian, dan tujuan. Ketika perusahaan berinvestasi pada pekerja muda, mereka bukan hanya mengisi lowongan hari ini; mereka membentuk pemimpin masa depan.

Jadi, apa yang berhasil? Penelitian dan praktik menunjukkan lima strategi utama yang bisa diadopsi perusahaan sekarang:

  1. Gabungkan pelatihan dengan perkembangan pemuda positif. Kombinasikan keterampilan teknis dengan pelatihan dan hubungan yang suportif untuk membangun kemampuan dan kepercayaan diri.
  2. Tawarkan pembelajaran kerja yang nyata. Magang, pelatihan kerja, dan pelatihan di tempat kerja memberi anak muda cara untuk mendapatkan penghasilan, belajar, dan melihat masa depan bagi diri mereka sendiri.
  3. Sesuaikan pelatihan dengan kebutuhan industri. Rancang program bersama sehingga keterampilan yang didapatkan cocok dengan yang benar-benar dibutuhkan perusahaan di pasar lokal.
  4. Berikan layanan pendukung. Atasi hambatan nyata seperti transportasi, pengasuhan anak, dan kesehatan mental. Anak muda tidak bisa bekerja dengan baik jika mereka bahkan tidak bisa sampai ke tempat kerja.
  5. Ciptakan lingkungan yang inklusif. Buat tempat kerja di mana anak muda dengan pengalaman hidup yang berbeda merasa mereka diterima dan bisa tumbuh.

    Kami telah melihat praktik ini berhasil. Misalnya, melalui Partnership to Advance Youth Apprenticeship, lebih dari 2.400 siswa sekolah menengah telah terhubung dengan hampir 450 perusahaan di seluruh negeri, mendapatkan pekerjaan penuh waktu dengan gaji rata-rata mendekati $54.000. Ini adalah kesempatan yang mengubah hidup bagi anak muda ini — dan sangat menguntungkan bagi perusahaan yang kesulitan mengisi talent pipeline.

    Masalahnya bukan Gen Z kurang etos kerja atau ambisi. Justru sebaliknya. Mereka tangguh, praktis, dan ingin berkontribusi. Mereka tumbuh dewasa melalui pandemi, gejolak sosial, dan ketidakpastian ekonomi, dan mereka siap untuk menyalurkan kreativitas dan keteguhan hati mereka. Namun yang sering kali hilang adalah kesempatan — dan narasi negatif tentang generasi mereka membuat mereka semakin sulit mendapatkan kesempatan yang adil. Sebagai perusahaan, pendidik, dan pembuat kebijakan, kitalah yang harus mengubah sistem dan ceritanya.

    Keunggulan kompetitif Amerika tergantung pada apakah kita meraih momen ini. Jika kita terus mengabaikan pekerja muda, kita tidak hanya berisiko meninggalkan jutaan orang, tetapi juga melemahkan fondasi ekonomi masa depan kita. Tetapi jika kita mengenali potensi mereka, berinvestasi dalam pertumbuhan mereka, dan menciptakan tempat kerja di mana mereka bisa berkembang, kita tidak hanya akan menyelesaikan tantangan perekrutan hari ini. Kita akan membangun bangsa yang lebih kuat dan lebih tangguh untuk dekade-dekade mendatang.

MEMBACA  Israel meningkatkan serangan udara ke Lebanon