Pendiri Bridgewater, Ray Dalio, Peringatkan Amerika Menuju Perang Saudara

Pendiri Bridgewater Associates, Ray Dalio, selalu mencari tau masalah selanjutnya yang bisa bikin ekonomi kacau. Dia, kayak banyak orang lain, sangat khawatir sama hutang negara. Dia juga mikirin konflik geopolitik, perubahan tatanan moneter dunia, dan juga ketegangan yang meningkat di dalam Amerika sendiri.

Kalau pertikaian di AS terus lanjut, pendiri hedge fund itu memperingatkan, kemampuan orang buat "sakit-satu-sama-lain" tidak pernah lebih tinggi gini sebelumnya.

Dia jelasin: "Kita lagi dalam perang. Ada perang keuangan, perang uang. Ada perang teknologi, ada perang geopolitik, dan ada lebih banyak perang militer. Jadi kita punya semacam perang saudara yang berkembang di AS dan tempat lain, dimana ada perbedaan yang gak bisa diselesaikan."

Dalam wawancara dengan Bloomberg, Dalio bilang ada dua kemungkinan hasil buat Amerika: negara itu bersatu dan bangkit, atau pihak-pihak yang bertentangan memberi sebanyak mungkin rasa sakit ke pihak lain.

Masyarakat mungkin bisa "bangkit dan sadar bahwa kebaikan bersama kita akan memaksa kita untuk mengatasinya sehingga yang terbaik buat kebanyakan orang akan berhasil." Sayangnya, keyakinan ini mungkin terbukti "sedikit terlalu idealis."

"Saya harus jadi orang yang praktis," lanjutnya. "Saya pikir konflik-konflik ini akan jadi ujian kekuatan oleh setiap pihak."

Amerika lebih terpecah belah daripada dulu. Tahun lalu, sebuah survei Gallup nemuin 80% orang Amerika percaya negara mereka "sangat terpecah" dalam isu-isu penting, dengan Republik sedikit lebih cenderung bilang negara itu bersatu.

Memang, banyak investor yang tau dengan peringatan Dalio—miliaran itu sejak lama bilang bahwa ketegangan geopolitik bisa picu konflik global lain. Pada tahun 2023, Dalio peringatin kemungkinan perang dunia ketiga naik jadi 50% setelah invasi Rusia ke Ukraina dan konflik Israel-Hamas.

MEMBACA  UPS white paper mengkritik penyedia layanan pengiriman gig e-commerce

Meski ada yang bilang Dalio kayak anak yang nebeng teriak serigala, peringatannya dulu pernah terbukti bener. Di tahun 2007, Bridgewater mulai warning soal risiko besar yang tersembunyi "di dalam sistem"—dan pada 2008, krisis keuangan terjadi.

Lagipula, walau peringatan Dalio kedengeran serem, itu juga agak tidak terelakkan: "Dalam sejarah kita harus akui bahwa semua tatanan pernah berakhir, lalu ada tatanan baru, dan ada tantangan. Saya punya prinsip, kalau kamu khawatir, kamu gak perlu khawatir. Dan kalau kamu gak khawatir, kamu perlu khawatir—karena kalau kamu khawatir maka kamu akan urus hal yang kamu khawatirkan itu dan [cegah] supaya gak terjadi."

Takut sama hutang negara

Salah satu ketakutan terbesar Dalio—dan salah satu faktor yang dia sebut bisa picu perang global—adalah hutang negara. Kayak banyak teman sejawatnya (contohnya Jamie Dimon dan Jerome Powell), Dalio khawatir suatu hari nanti kebutuhan Amerika untuk jual hutang akan lebih besar daripada nafsu pasar untuk membelinya.

Ini kemungkinan akan dipicu oleh rasio hutang terhadap GDP Amerika yang jadi semakin tidak seimbang—sekarang angkanya sekitar 125%—di titik mana pembeli hutang akan minta premi lebih tinggi buat jaminin return, atau akan keluar sama sekali dari pasar. Dua pilihan ini bikin AS dalam situasi sulit, dengan bunga lebih tinggi yang harus dibayar atau pemotongan anggaran besar-besaran.

Ketidakseimbangan ini, yang Dalio sebut "bom hutang", adalah serangan jantung ekonomi yang sedang menunggu untuk terjadi, kata dia: "Saat hutang dan pembayaran bunga hutang naik dibanding pendapatanmu, itu seperti plak di arteri yang kemudian mulai mempersempit pengeluaran."

Pendiri Bridgewater itu nambahin kalau ketegangan ini bukan hal baru, dia bilang masalah ini berulang sepanjang waktu—yang dibutuhkan untuk kurangi dampaknya adalah paham dinamika "sebab dan akibat."

MEMBACA  Inflasi dan ancaman perang dagang mendapat pukulan saat kepercayaan konsumen AS merosot

"Kapan pun ada hal-hal yang terjadi yang belum pernah saya lihat sebelumnya, saya benar-benar perlu paham apakah itu pernah terjadi dalam sejarah supaya saya bisa mengerti mekanismenya, makanya saya pelajari sejarah," tambah dia.